Rabu, 23 Mei 2012

ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL DENGAN TBC

PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tuberkolusis paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh basil Mikrobacterium tuberkolusis yang merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan bagian bawah yang sebagian besar basil tuberkolusis masuk ke dalam jaringan paru melalui airbone infection dan selanjutnya mengalami proses yang dikenal sebagai focus primer dari ghon. Penularan tuberculosis terjadi karena penderita TBC membuang ludah dan dahaknya sembarangan dengan cara dibatukkan atau dibersinkan keluar. Dalam dahak dan ludah penderita terdapat basil TBC-nya, sehingga basil ini mengering lalu diterbangkan angin kemana-mana. Kuman yang terbawa angin dan jatuh ketanah maupun lantai rumah yang kemudian terhirup oleh manusia melalui paru-paru dan bersarang serta berkembangbiak di paru-paru. Penyakit ini perlu diperhatikan dalam kehamilan, karena penyakit ini masih merupakan penyakit rakyat; sehingga sering kita jumpai dalam kehamilan. TBC paru ini dapat menimbulkan masalah pada wanita itu sendiri, bayinya dan masyarakat sekitarnya. Kehamilan tidak banyak memberikan pengaruh terhadap cepatnya perjalanan penyakit ini, banyak penderita tidak mengeluh sama sekali. Keluhan yang sering ditemukan adalah batuk-batuk yang lama, badan terasa lemah, nafsu makan berkurang, berat badan menurun, kadang-kadang ada batuk darah, dan sakit sekitar dada. Tingginya angka penderita TBC di Indonesia dikarenakan banyak faktor, salah satunya adalah iklim dan lingkungan yang lembab serta tidak semua penderita mengerti benar tentang perjalanan penyakitnya yang akan mengakibatkan kesalahan dalam perawatan dirinya serta kurangnya informasi tentang proses penyakitnya dan pelaksanaan perawatan dirumah kuman ini menyerang pada tubuh manusia yang lemah dan para pekerja di lingkungan yang udaranya sudah tercemar asap, debu, atau gas buangan. Pada penderita yang dicurigai menderita TBC paru sebaiknya dilakukan pemeriksaan tuberkulosa tes kulit dengan PPD (purified protein derivate) 5u dan bila hasilnya positif diteruskan dengan pemeriksaan foto dada. Perlu diperhatikan dan dilindungi janin dari pengaruh sinar X. Pada penderita dengan TBC paru aktif perlu dilakukan pemeriksaan sputum, untuk membuat dianosis secara pasti sekaligus untuk tes kepekaan. Pengaruh TBC paru pada ibu yang sedang hamil bila diobati dengan baik tidak berbeda dengan wanita tidak hamil. Pada janin jarang dijumpai TBC kongenital, janin baru tertular penyakit setelah lahir, karena dirawat atau disusui oleh ibunya. LAPORAN PENDAHULUAN PADA IBU HAMIL DENGAN TBC I. Definisi Tuberkolusis adalah penyakit menular yang menyereng paru. (Dep.Les. RI, 2001 : 7) Tuberkolusis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis dengan gejala yang sangat bervariasi. (Kapita Selakta, 2001 : 472) Tubercolosis adalah penyakit infeksi yang ditularkan melalui udara pernafasan yang disebabkan oleh kuman mycobacterium tubercolosis. (Infeksi Saluran Nafas, 1989 : 37) II. Etiologi Penyebab penyakit dari TBC adalah mycrobacterium tuberculosis dan mycobacterium bavis. III. Manifestasi Klinis 1. Demam 2. Batuk darah 3. Sesak nafas 4. Nyeri dada 5. Malaise IV. Patofisiologi Penyebaran kuman Mikrobacterium tuberkolusis bisa masuk melalui tiga tempat yaitu saluran pernafasan, saluran pencernaan dan adanya luka yang terbuka pada kulit. Infeksi kuman ini sering terjadi melalui udara (airbone) yang cara penularannya dengan droplet yang mengandung kuman dari orang yang terinfeksi sebelumnya. Penularan tuberculosis paru terjadi karena penderita TBC membuang ludah dan dahaknya sembarangan dengan cara dibatukkan atau dibersinkan keluar. Dalam dahak dan ludah ada basil TBC-nya, sehingga basil ini mengering lalu diterbangkan angin kemana-mana. Kuman terbawa angin dan jatuh ketanah maupun lantai rumah yang kemudian terhirup oleh manusia melalui paru-paru dan bersarang serta berkembangbiak di paru-paru. Pada permulaan penyebaran akan terjadi beberapa kemungkinan yang bisa muncul yaitu penyebaran limfohematogen yang dapat menyebar melewati getah bening atau pembuluh darah. Kejadian ini dapat meloloskan kuman dari kelenjar getah bening dan menuju aliran darah dalam jumlah kecil yang dapat menyebabkan lesi pada organ tubuh yang lain. Basil tuberkolusis yang bisa mencapai permukaan alveolus biasanya di inhalasi sebagai suatu unit yang terdiri dari 1-3 basil. Dengan adanya basil yang mencapai ruang alveolus, ini terjadi dibawah lobus atas paru-paru atau dibagian atas lobus bawah, maka hal ini bisa membangkitkan reaksi peradangan. Berkembangnya leukosit pada hari hari pertama ini di gantikan oleh makrofag. Pada alveoli yang terserang mengalami konsolidasi dan menimbulkan tanda dan gejala pneumonia akut. Basil ini juga dapat menyebar melalui getah bening menuju kelenjar getah bening regional, sehingga makrofag yang mengadakan infiltrasi akan menjadi lebih panjang dan yang sebagian bersatu membentuk sel tuberkel epitelloid yang dikelilingi oleh limfosit, proses tersebut membutuhkan waktu 10-20 hari. Bila terjadi lesi primer paru yang biasanya disebut focus ghon dan bergabungnya serangan Kelenjar getah bening regional dan lesi primer dinamakan kompleks ghon. Kompleks ghon yang mengalami pencampuran ini juga dapat diketahui pada orang sehat yang kebetulan menjalani pemeriksaan radiogram rutin. Beberapa respon lain yang terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan, dimana bahan cair lepas kedalam bronkus dan menimbulkan kavitas. Pada proses ini akan dapat terulang kembali dibagian selain paru-paru ataupun basil dapat terbawa sampai ke laring, telinga tengah atau usus. Kavitas yang kecil dapat menutup sekalipun tanpa adanya pengobatan dan dapat meninggalkan jaringan parut fibrosa. Bila peradangan mereda lumen bronkus dapat menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapat dengan perbatasan rongga bronkus. Bahan perkejuan dapat mengental sehingga tidak dapat mengalir melalui saluran penghubung, sehingga kavitas penuh dengan bahan perkijauan dan lesi mirip dengan lesi berkapsul yang tidak lepas. Keadaan ini dapat tidak menimbulkan gejala dalam waktu lama atau membentuk lagi hubungan dengan bronkus dan menjadi tempat peradangan aktif. Batuk darah (hemaptoe) adalah batuk darah yang terjadi karena penyumbatan trakea dan saluran nafas sehingga timbul sufokal yang sering fatal. Ini terjadi pada batuk darah masif yaitu 600-1000cc/24 jam. Batuk darah pada penderita TB paru disebabkan oleh terjadinya ekskavasi dan ulserasi dari pembuluh darah pada dinding kapitas. V. Komplikasi 1. Radang Pleura 2. Efusi Pleura 3. Bronkopneumonia 4. Menurunnya imunitas tubuh VI. Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan Radiologi Tuberkulosis paru mempunyai gambaran patologis, manifestasi dini berupa suatu koplek kelenjar getah bening parenkim dan lesi resi TB biasanya terdapat di apeks dan segmen posterior lobus atas paru-paru atau pada segmen superior lobus bawah (Soeparman. 1998). 2. Pemeriksaan laboratorium a. Darah Adanya kurang darah, ada sel-sel darah putih yang meningkatkan serta laju endap darah meningkat terjadi pada proses aktif (Alsogaff, 1995). b. Sputum Ditemukan adanya Basil Tahan Asam (BTA) pada sputum yang terdapat pada penderita tuberkulosis paru yang biasanya diambil pada pagi hari (Soeparman dkk, 1998. Barbara. T. Long, 1996) c. Test Tuberkulosis Test tuberkulosis memberikan bukti apakah orang yang dites telah mengalami infeksi atau belum. Tes menggunakan dua jenis bahan yang diberikan yaitu : Old tuberkulosis (OT) dan Purifled Protein Derivative (PPD) yang diberikan dengan sebuah jarum pendek (1/2 inci) no 24 – 26, dengan cara mecubit daerah lengan atas dalam 0,1 yang mempunyai kekuatan dosis 0,0001 mg/dosis atau 5 tuberkulosis unit (5 TU). Reaksi dianggap bermakna jika diameter 10 mm atau lebih reaksi antara 5 – 9 mm dianggap meragukan dan harus di ulang lagi. Hasil akan diketahui selama 48 – 72 jam tuberkulosis disuntikkan (Soeparman, 1998. Barbara. T. Long, 1996). VII. Penatalaksanaan Keperawatan 1. Berikan penjelasan dan pendidikan kepada pasien bahwa penyakitnya bersifat kronik sehingga diperlukan pengobatan yang lama dan teratur. 2. Anjarkan untuk menutup mulut dan hidungnya bula batuk, bersin, dan tertawa. 3. Ibu hamil dengan proses aktif hendanya jangan dicampurkan dengan wanita hamil. 4. Untuk diagniosis pasti dan pengobatan selalu bekerjasama dengan ahli paru. 5. Pendertia dengan proses aktif apalagi dengan batuk darah sebaiknya di rawat di RS, dalam kamar isolasi. Gunanya untuk mencegah penularan untuk menjamin makanan dan istirahat yang cukup, pengobatan intensif dan teratur. Medis 1. Iconiazid adalah obat terpilih karena paling aman untuk kehamilan. 2. Setelah 1-2 bulan pengobatan, lakukan pemeriksaan sputum ulang. 3. Bayi harus mendapat propilaktasis INH dan imunisasi BCG. ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL DENGAN TBC A. Pengkajian Pengkajian adalah komponen kunci dan pondasi proses keperawatan, pengkajian terbagi dalam tiga tahap yaitu, pengumpulan data, analisa data dan diagnosa keperawatan (Lismidar, 1990). 1) Pengumpulan data Dalam pengumpulan data ada urutan-urutan kegiatan yang dilakukan yaitu : a. Identitas klien Nama, umur, kuman TBC menyerang semua umur, jenis kelamin, tempat tinggal (alamat), pekerjaan, pendidikan dan status ekonomi menengah kebawah dan satitasi kesehatan yang kurang ditunjang dengan padatnya penduduk dan pernah punya riwayat kontak dengan penderita TB patu yang lain (Hendrawan Nodesul, 1996) b. Riwayat penyakit sekarang Meliputi keluhan atau gangguan yang sehubungan dengan penyakit yang di rasakan saat ini. Dengan adanya sesak napas, batuk, nyeri dada, keringat malam, nafsu makan menurun dan suhu badan meningkat mendorong penderita untuk mencari pengobatan. c. Riwayat penyakit dahulu Keadaan atau penyakit-penyakit yang pernah diderita oleh penderita yang mungkin sehubungan dengan tuberkulosis paru antara lain ISPA efusi pleura serta tuberkulosis paru yang kembali aktif. • Riwayat penyakit keluarga Mencari diantara anggota keluarga pada tuberkulosis paru yang menderita penyakit tersebut sehingga sehingga diteruskan penularannya. • Riwayat psikososial Pada penderita yang status ekonominya menengah ke bawah dan sanitasi kesehatan yang kurang ditunjang dengan padatnya penduduk dan pernah punya riwayat kontak dengan penderita tuberkulosis paru yang lain (Hendrawan Nodesul, 1996). • Pola fungsi kesehatan 1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat Pada klien dengan TB paru biasanya tinggal didaerah yang berdesak-desakan, kurang cahaya matahari, kurang ventilasi udara dan tinggal dirumah yang sumpek (Hendrawan Nodesul, 1996) 2) Pola nutrisi dan metabolik Pada klien dengan TB paru biasanya mengeluh anoreksia, nafsu makan menurun (Marilyn. E. Doenges, 1999). 3) Pola eliminasi Klien TB paru tidak mengalami perubahan atau kesulitan dalam miksi maupun defekasi 4) Pola aktivitas dan latihan Dengan adanya batuk, sesak napas dan nyeri dada akan menganggu aktivitas (Marilyn. E. Doegoes, 1999). 5) Pola tidur dan istirahat Dengan adanya sesak napas dan nyeri dada pada penderita TB paru mengakibatkan terganggunya kenyamanan tidur dan istirahat (Marilyn. E. Doenges, 1999). 6) Pola hubungan dan peran Klien dengan TB paru akan mengalami perasaan asolasi karena penyakit menular (Marilyn. E. Doenges, 1999). 7) Pola sensori dan kognitif Daya panca indera (penciuman, perabaan, rasa, penglihatan, dan pendengaran) tidak ada gangguan. 8) Pola persepsi dan konsep diri Karena nyeri dan sesak napas biasanya akan meningkatkan emosi dan rasa kawatir klien tentang penyakitnya (Marilyn. E. Doenges, 1999). 9) Pola reproduksi dan seksual Pada penderita TB paru pada pola reproduksi dan seksual akan berubah karena kelemahan dan nyeri dada. 10) Pola penanggulangan stress Dengan adanya proses pengobatan yang lama maka akan mengakibatkan stress pada penderita yang bisa mengkibatkan penolakan terhadap pengobatan (Hendrawan Nodesul, 1996). 11) Pola tata nilai dan kepercayaan Karena sesak napas, nyeri dada dan batuk menyebabkan terganggunya aktifitas ibadah klien. 2) Pemeriksaan fisik Berdasarkan sistem-sistem tubuh : a. Sistem integumen Pada kulit terjadi sianosis, dingin dan lembab, tugor kulit menurun. b. Sistem pernapasan Pada sistem pernapasan pada saat pemeriksaan fisik dijumpai : • Inspeksi : Adanya tanda-tanda penarikan paru, diafragma, pergerakan napas yang tertinggal, suara napas melemah (Purnawan Junadi dkk, 1982). • Palpasi : Fremitus suara meningkat (Alsogaff, 1995). • Perkusi: Suara ketok redup. (Soeparman, 1998). • Auskultasi : Suara napas brokial dengan atau tanpa ronki basah, kasar dan yang nyaring (Purnawan. J. dkk, 1982. Soeparman, 1998). c. Sistem pengindraan Pada klien TB paru untuk pengindraan tidak ada kelainan. d. Sistem kordiovaskuler Adanya takipnea, takikardia, sianosis, bunyi P2 yang mengeras (Soeparman, 1998). e. Sistem gastrointestinal Adanya nafsu makan menurun, anoreksia, berat badan turun (Soeparman, 1998). f. Sistem muskuloskeletal Adanya keterbatasan aktivitas akibat kelemahan, kurang tidur dan keadaan sehari-hari yang kurang meyenangkan (Alsogaff, 1995) g. Sistem neurologis Kesadaran penderita yaitu komposmentis dengan GCS : 456 h. Sistem genetalia Biasanya klien tidak mengalami kelainan pada genitalia B. Fokus Intervensi Setelah mengumpulkan data, mengelompokan dan menentukan diagnosa keperawatan, maka tahap selanjutnya adalah menyusun perencaan. Dalam tahap perencanaan ini dengan melihat diagnosa keperawatan diatas dapat disusun rencana keperawatan sebagai berikut : 1) Diagnosa keperawatan kesatu : Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan secret kental atau secret darah. • Tujuan : jalan nafas efektif • Kriteria hasil : - Klien dapat mengeluarkan sekret tanpa bantuan - Klien dapat mempertahankan jalan nafas - Pernafasan klien normal (16 – 20 kali per menit) • Rencana tindakan : a) Kaji fungsi pernafasan seperti, bunyi nafas, kecepatan, irama, dan kedalaman penggunaan otot aksesori Penurunan bunyi nafas dapat menunjukan atelektasis, ronki, mengi menunjukkan akumulasi sekret atau ketidakmampuan untuk membersihkan jalan nafas yang dapat menimbulkan penggunaan otot aksesori pernafasan dan peningkatan kerja penafasan b) Catat kemampuan untuk mengeluarkan mukosa/batuk efektif Pengeluaran sulit jika sekret sangat tebal sputum berdarah kental diakbatkan oleh kerusakan paru atau luka brongkial dan dapat memerlukan evaluasi lanjut c) Berikan klien posisi semi atau fowler tinggi, bantu klien untuk batuk dan latihan untuk nafas dalam Posisi membatu memaksimalkan ekspansi paru dan men urunkan upaya pernapasan. Ventilasi maksimal meningkatkan gerakan sekret kedalam jalan napas bebas untuk dilakukan d) Bersihkan sekret dari mulut dan trakea Mencegah obstruksi/aspirasi penghisapan dapat diperlukan bila klien tak mampu mengeluaran sekret e) Pertahanan masukan cairan seditnya 2500 ml / hari, kecuali ada kontraindikasi Pemasukan tinggi cairan membantu untuk mengecerkan sekret membuatnya mudah dilakukan f) Lembabkan udara respirasi Mencegah pengeringan mambran mukosa, membantu pengenceran sekret g) Berikan obat-obatan sesuai indikasi : agen mukolitik, bronkodilator , dan kortikosteroid Menurunkan kekentalan dan perlengketan paru, meningkatkan ukuran kemen percabangan trakeobronkial berguna padu adanya keterlibatan luas dengan hipoksemia 2) Diagnosa keperawatan kedua : gungguan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan membrane alveolar-kalpiler secret kental. • Tujuan : Pertukaran gas berlangsung normal • Kreteria hasil : - Melaporkan tak adanya / penurunan dispnea - Klien menunjukan tidak ada gejala distres pernapasan - Menunjukan perbaikan ventilasi dan oksigen jaringan adekuat dengan GDA dalam rentang normal • Rencana tindakan dan rasional a) Kaji dispnea, takipnea, menurunya bunyi napas, peningkatan upaya pernapasan terbatasnya ekspansi dinding dada TB paru menyebabkan efek luas dari bagian kecil bronko pneumonia sampai inflamasidifus luas. Efek pernapasan dapat dari ringan sampai dispnea berat sampai distress pernapasan b) Evaluasi perubahan pada tingkat kesadaran, catat sionosis perubahan warna kulit, termasuk membran mukosa Akumulasi sekret, pengaruh jalan napas dapat menganggu oksigenasi organ vital dan jarigan c) Tujukkan/dorong bernapas bibir selama ekshalasi Membuat tahanan melawan udara luar, untuk mencegah kolaps membantu menyebabkan udara melalui paru dan menghilangkan atau menurtunkan napas pendek d) Tingkatkan tirah baring/batasi aktivitas dan bantu aktivitas perawatan diri sesuai keperluan Menurunkan konsumsi oksigen selama periode menurunan pernapasan dapat menurunkan beratnya gejala e) Awasi segi GDA / nadi oksimetri Penurunan kandungan oksigen (PaO2) dan atau saturasi atau peningkatan PaCO2 menunjukan kebutuhan untuk intervensi / perubahan program terapi f) Berikan oksigen tambahan yang sesuai Alat dalam memperbaiki hipoksemia yang dapat terjadi sekunder terhadap penurunan ventilasi atau menurunya permukaan alveolar paru 3) Diagnosa keperawatan ketiga : hipetermi berhubungan dengan proses inflamasi. • Tujuan : Suhu tubuh normal (36 °C - 37°C) • Kriteria hasil : • Klien mengatakan badannya sudah tidak panas • Suhu tubuh pasien 36°C • Rencana tindakan dan rasional a) Observasi TTV b) Anjurkan klien untuk minum sedikit tapi sering c) Libatkan keluarga untuk menyediakan minuman kesukaan pasien d) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antipiretik : paracetamol 4) Diagnosa keperawatan keempat : pola napas tidak efektif berhubungan dengan sekresi mukopurulen dan kurangnya upaya batuk. • Tujuan : Pola nafas efektif • Kriteria hasil : • Klien mempertahankan pola pernafasan yang efektif • Frekwensi irama dan kedalaman pernafasan normal (RR 16-20 kali/menit) • Dispneu berkurang • Rencana tindakan dan rasional a) Kaji kualitas dan kedalaman pernapasan, penggunaan otot aksesori pernapasan : catat setiap perubahan b) Mengetahui penurunan bunyi napas karena adanya secret Kaji kualitas sputum : warna, bau, knsistensi Mengetahui perubahan yang terjadi untuk memudahkan pengobatan selanjutnya c) Auskultasi bunyi napas setiap 4 jam Mengetahui sendiri mungkin perubahan pada bunyi napas d) Baringan klien untuk mengoptimalkan pernapasan : posisi semi fowler tinggi Membantu mengembangkan secara maksimal e) Bantu dan ajarkan klien berbalik posisi, batuk dan napas dalam setiap 2 jam sampai 4 jam Batuk dan napas dalam yang tetap dapat mendorong sekret keluar f) Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian obat-obatan Mencegah kekeringan mukosa membran, mengurangi kekentalan sekret dan memperbesar ukuran lumen trakeobroncial 5) Diagnosa keperawatan kelima : Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang sehubungan dengan anoreksia, keletihan atau dispnea. • Tujuan : terjadi peningkatan nafsu makan, berat badan yang stabil dan bebas tanda malnutrisi • Kriteria hasil - Klien dapat mempertahankan status malnutrisi yang adekuat - Berat badan stabil dalam batas yang normal • Rencana tindakan dan rasional a) Mencatat status nutrisi klien, turgor kulit, berat badan, integritas mukosa oral, riwayat mual/muntah atau diare Berguna dalam mendefenisikan derajat/luasnya masalah dan pilihan indervensi yang tepat b) Pastikan pola diet biasa klien yang disukai atau tidak Membantu dalam mengidentifukasi kebutuhan/ kekuatan khusus. Pertimbangan keinginan individu dapat memperbaiki masakan diet c) Mengkaji masukan dan pengeluaran dan berat badan secara periodik Berguna dalam mengukur keepektifan nutrisi dan dukungan cairan d) Berikan perawatan mulut sebelum dan sesudah tindakan pernafasan Menurunkan rasa tidak enak karena sisa sputun atau obat untuk pengobatan respirasi yang merangsang pusat muntah e) Dorong makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi protein dan karbohidrat Memaksimalkan masukan nutrisi tanpa kelemahan yang tak perlu/ legaster f) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menetukan komposisi diet Memberikan bantuan dalam perencanaan diet dengan nutrisi adekuat untuk kebutuhan metabolik dan diet 6) Diagnosa keperawatan keenam : Resiko infeksi yang sehubungan dengan penurunan/ penekanan proses inflamasi. • Tujuan : klien mengalami penurunan potensi untuk menularkan penyakit seperti yang ditunjukkan oleh kegagalan kontak klien untuk mengubah tes kulit positif. • Kriteria hasil : klien mengalami penurunan potensi menularkan penyakit yang ditunjukkan oleh kegagalan kontak klien. • Rencana tindakan dan rasional a) Identifikasi orang lain yang berisiko. Contoh anggota rumah, sahabat Orang yang terpajan ini perlu program terapi obat intuk mencegah penyebaran infeksi b) Anjurkan klien untuk batuk / bersin dan mengeluarkan pada tisu dan hindari meludah serta tehnik mencuci tangan yang tepat Perilaku yang diperlukan untuk mencegah penyebaran infeksi c) Kaji tindakan. Kontrol infeksi sementara, contoh masker atau isolasi pernafasan Dapat membantu menurunkan rasa terisolasi klien dengan membuang stigma sosial sehubungan dengan penyakit menular d) Identifikasi faktor resiko individu terhadap pengatifan berulang tuberkulasis Pengetahuan tentang faktor ini membantu klien untuk mengubah pola hidup dan menghindari insiden eksaserbasi e) Tekankan pentingnya tidak menghentikan terapi obat Periode singkat berakhir 2 sampai 3 hari setelah kemoterapi awal, tetapi pada adanya rongga atau penyakit luas, sedang resiko penyebaran infeksi dapat berlanjut sampai 3 bulan f) Kolaborasi dan melaporkan ke tim dokter dan Depertemen Kesehatan lokal Membantu mengidentifikasi lembaga yang dapat dihubungi untuk menurunkan penyebaran infeksi PENUTUP A. Kesimpulan Tingginya angka penderita TBC di Indonesia dikarenakan banyak faktor, salah satunya adalah iklim dan lingkungan yang lembab serta tidak semua penderita mengerti benar tentang perjalanan penyakitnya yang akan mengakibatkan kesalahan dalam perawatan dirinya serta kurangnya informasi tentang proses penyakitnya dan pelaksanaan perawatan dirumah kuman ini menyerang pada tubuh manusia yang lemah dan para pekerja di lingkungan yang udaranya sudah tercemar asap, debu, atau gas buangan. Karena prevalensi TBC paru di Indonesia masih tinggi, dapat diambil asumsi bahwa frekuensinya pada wanita akan tinggi. Diperkirakan 1% wanita hamil menderita TB paru. Menurut Prawirohardjo dan Soemarno (1954), frekuensi wanita hamil yang menderita TB paru di Indonesia yaitu 1,6%. Dengan bertambahnya jumlah penduduk tiap tahunnya, dapat diperkirakan penyakit ini juga mengalami peningkatan berbanding lurus dengan tingkat ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Pada umumnya, penyakit paru-paru tidak mempengaruhi kehamilan dan persalinan nifas, kecuali penyakitnya tidak terkonrol, berat, dan luas yang disertai sesak napas dan hipoksia. Walaupun kehamilan menyebabkan sedikit perubahan pada sistem pernapasan, karena uterus yang membesar dapat mendorong diafragma dan paru-paru ke atas serta sisa udara dalam paru-paru kurang, namun penyakit tersebut tidak selalu menjadi lebih parah. TBC paru merupakan salah satu penyakit yang memerlukan perhatian yang lebih terutama pada seorang wanita yang sedang hamil, karena penyakit ini dapat dijumpai dalam keadaan aktif dan keadaan tenang. Karena penyakit paru-paru yang dalam keadaan aktif akan menimbulkan masalah bagi ibu, bayi, dan orang-orang disekelilingnya. B. Penanganan 1. Dalam kehamilan : a. Ibu hamil dengan proses aktif, hendaknya jangan dicampurkan dengan wanita hamil lainnya pada pemeriksaan antenatal. b. Untuk diagnosis pasti dan pengobatan selalu bekerjasama dengan ahli paru-paru. c. Penderita dengan proses aktif, apalagi dengan batuk darah, sebaiknya di rawat di rumah sakit; dalam kamar isolasi. Gunanya untuk mencegah penularan, untuk menjamin istirahat dan makan yang cukup, serta pengobatan yang intensif dan teratur. d. Obat-obatan : INH, PAS, rifadin, dan streptomisin. e. TBC paru tidak merupakan indikasi untuk abortus buatan dan terminasi kehamilan. 2. Dalam persalinan : a. Bila proses tenang, persalinan akan berjalan seperti biasa dan tidak perlu tindakan apa-apa. b. Bila proses aktif, kala I dan II diusahakan seringan mungkin. Pada kala I, ibu hamil di beri obat-obatan penenang dan analgetika dosis rendah. Kala II diperpendek dengan ekstraksi vakum/forseps. c. Bila ada indikasi obstetrik untuk seksio caesaria, hal ini dilakukan bekerjasama dengan ahli anestesi untuk memperoleh anestesi mana yang terbaik. 3. Dalam masa nifas : a. Usahakan jangan terjadi perdarahan yang banyak; diberi uterus tonika dan koagulansia. b. Usahakan mencegah terjadinya infeksi tambahan dengan memberikan antibiotika yang cukup. c. Bila ada anemia sebaiknya diberikan transfusi darah, agar daya tahan ibu lebih kuat terhadap infeksi sekunder. d. Ibu dianjurkan supaya segera memakai kontrasepsi atau bila jumlah anak sudah cukup, segera dilakukan tubektomi. 4. Perawatan bayi Biasanya bayi akan ditulari ibunya setelah kelahiran, dan TBC bawaan (konenital) sangat jarang. a. Bila ibu dalam proses TBC aktif 1) Secepatnya, bayi diberikan BCG. 2) Bayi segera dipisahkan dari ibunya selama 6-8 minggu. 3) Bila uji Mantoux sudah positif pada bayi, barulah bayi dapat ditemukan lagi dengan ibunya. b. Menyusukan bayi, pada proses aktif, dilarang karena kontak langsung dari mulut ibu dan bayi. c. Dapat diberikan anti TBC profilaksis pada bayi yaitu INH 25 mg/kg berat badan/hari. • TBC paru dan alat reproduksi : 1) TBC paru dapat bersamaan dengan TBC alat genitalia. Wiknjosastro (1995) menemukan pada 15 wanita penderita TBC-genitalis; 40% sarang primernya terdapat di paru-paru. 2) TBC-genitalis dapat menyebabkan : a) Infertilitas (kemandulan) b) Bila terjadi kehamilan, hasil konsepsi sering berakhir dengan abortus, Kehamilan Ektopik Terganggu (KET), dan partus prematurus. c) TBC-genitalis yang sudah tenang dan pulih, dapat kambuh lagi setelah abortus dan persalinan. DAFTAR PUSTAKA 1.Amin, M., 1999. “Ilmu Penyakit Paru”. Surabaya . Airlangga Univerciti Press 2.Carpenito, L.J., 1999. “Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan”. Ed.2Jakarta : EGC 3.(2000). “Diagnosa Keperawatan”. Ed. 8. Jakarta : EGC 4.Doengoes, (1999). “Perencanaan Asuhan Keperawatan”. Jakarta : EGC 5.Danusastro, Halim. 2000. “Buku Saku Ilmu Penyakit Paru”. Hipokrates : Jakarta. 6.Mochtar, Rustam. 1998. ”Sinopsis Obstetri : obstetri fisiologi, obstetri patologi”.EGC : Jakarta. 7.Mansjoer, Arif., et all. (1999). “Kapita Selekta Kedokteran”. Fakultas KedokteranUI : Media

Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pre-eklamsia dan eklamsia

Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pre-eklamsia dan eklamsia A. Pengertian Preeklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil, bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan protein uria tetapi tidak menjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya, sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan berumur 28 minggu atau lebih ( Rustam Muctar, 1998 ). Tidak berbeda dengan definisi Rustam, Manuaba ( 1998) mendefinisikan bahwa preeklampsia (toksemia gravidarum) adalah tekanan darah tinggi yang disertai dengan proteinuria (protein dalam air kemih) atau edema (penimbunan cairan), yang terjadi pada kehamilan 20 minggu sampai akhir minggu pertama setelah persalinan. Selain itu, Mansjoer ( 2000 ) mendefinisikan bahwa preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. (Mansjoer, 2000). Menurut kamus saku kedokteran Dorland, Preeklampsia adalah toksemia pada kehamilan lanjut yang ditandai oleh hipertensi, edema, dan proteinuria. Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa preeklampsia ( toksemia gravidarum ) adalah sekumpulan gejala yang timbul ada wanita hamil, bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema(penimbunan cairan dalam tubuh sehingga ada pembengkakan pada tungkai dan kaki) dan poteinuria yang muncul pada kehamilan 20 minggu sampai akhir minggu pertama setelah persalinan. Eklampsia adalah kelainan pada masa kehamilan, dalam persalinan, atau masa nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang (bukan timbul akibat kelainan saraf) dan / atau koma dimana sebelumnya sudah menunjukkan gejala-gejala pre-eklampsia. PE-E hampir secara eksklusif merupakan penyakit pada kehamilan pertama (nullipara). Biasanya terdapat pada wanita masa subur dengan umur ekstrim, yaitu pada remaja belasan tahun atau pada wanita yangberumur lebih dari 35 tahun. Eklamsia adalah suatu penyakit yang pada umumnya terjadi pada wanita hamil atau nifas dengan tanda-tanda pre eklamsia. (sarwono, 2005).Eklamsia adalah terjadinya kejang pada seorang wanita dengan pre eklamsia yang tidak dapt disebabkan oleh hal lain. (Cunningham, 2005). Eklamsia adalah pre eklamsia tang disertai kejang-kejang, kelainan akut pada ibu hamil. (Maimunah, 2005) Kondisi gawat terjadi bila timbul kejang atau bahkan pingsan yang berarti sudah terjadi gangguan di otak. Pada tahap inibisa dikatakan penyakit berada pada tahap eklampsia. Pada kasus yang sudah lanjut, sang ibu pada awalnya mengalami kejang selama 30 detik, lalu meningkat selama 2 menit, sebelum akhirnya pingsan selama 10-30 menit.Kewaspadaan perlu ditingkatkan, karena bila penderita koma berkepanjangan bisa timbul komplikasi berat. Seperti gagaljantung, gagal ginjal, terganggunya fungsi paru-paru, dan tersendatnya metabolisme tubuh. B. Etiologi Apa yang menjadi penyebab preeclampsia dan eklampsia sampai sekarang belum diketahui. Telah terdapat banyak teori yang mencoba menerangkan sebab-musabab penyakit tersebut, akan tetapi tidak ada yang dapat memberi jawaban yang memuaskan. Teori yang dapat diterima harus dapat menerangkan hal-hal berikut: 1. Sebab bertambahnya frekuensi pada primigraviditas, kehamilan ganda, hidramnion, dan mola hidatidosa. 2. Sebab bertambahnya frekuensi dengan makin tuanya kehamilan. 3. Sebab dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dalam uterus. 4. Sebab jarangnya terjadi eklampsia pada kehamilan-kehamilan berikutnya. 5. Sebab timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang, dan koma. Penyebab PIH tidak diketahui; namun demikian, penelitian terakhir menemukan suatu organisme yang disebut hydatoxi lualba. Faktor Risiko : • Kehamilan pertama • Riwayat keluarga dengan pre-eklampsia atau eklampsia • Pre-eklampsia pada kehamilan sebelumnya • Ibu hamil dengan usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun • Wanita dengan gangguan fungsi organ (diabetes, penyakit ginjal, migraine, dan tekanan darah tinggi) • Kehamilan kembar, C. Patofisiologi Pada preeklampsia terdapat penurunan aliran darah. Perubahan ini menyebabkan prostaglandin plasenta menurun dan mengakibatkan iskemia uterus. Keadaan iskemia pada uterus , merangsang pelepasan bahan tropoblastik yaitu akibat hiperoksidase lemak dan pelepasan renin uterus. Bahan tropoblastik menyebabkan terjadinya endotheliosis menyebabkan pelepasan tromboplastin. Tromboplastin yang dilepaskan mengakibatkan pelepasan tomboksan dan aktivasi / agregasi trombosit deposisi fibrin. Pelepasan tromboksan akan menyebabkan terjadinya vasospasme sedangkan aktivasi/ agregasi trombosit deposisi fibrin akan menyebabkan koagulasi intravaskular yang mengakibatkan perfusi darah menurun dan konsumtif koagulapati. Konsumtif koagulapati mengakibatkan trombosit dan faktor pembekuan darah menurun dan menyebabkan gangguan faal hemostasis. Renin uterus yang di keluarkan akan mengalir bersama darah sampai organ hati dan bersama- sama angiotensinogen menjadi angiotensi I dan selanjutnya menjadi angiotensin II. Angiotensin II bersama tromboksan akan menyebabkan terjadinya vasospasme. Vasospasme menyebabkan lumen arteriol menyempit. Lumen arteriol yang menyempit menyebabkan lumen hanya dapat dilewati oleh satu sel darah merah. Tekanan perifer akan meningkat agar oksigen mencukupi kebutuhab sehingga menyebabkan terjadinya hipertensi. Selain menyebabkan vasospasme, angiotensin II akan merangsang glandula suprarenal untuk mengeluarkan aldosteron. Vasospasme bersama dengan koagulasi intravaskular akan menyebabkan gangguan perfusi darah dan gangguan multi organ. Gangguan multiorgan terjadi pada organ- oragan tubuh diantaranya otak, darah, paru- paru, hati/ liver, renal dan plasenta. Pada otak akan dapat menyebabkan terjadinya edema serebri dan selanjutnya terjadi peningkatan tekanan intrakranial. Tekanan intrakranial yang meningkat menyebabkan terjadinya gangguan perfusi serebral , nyeri dan terjadinya kejang sehingga menimbulkan diagnosa keperawatan risiko cedera. Pada darah akan terjadi enditheliosis menyebabkan sel darah merah dan pembuluh darah pecah. Pecahnya pembuluh darah akan menyebabkan terjadinya pendarahan,sedangkan sel darah merah yang pecah akan menyebabkan terjadinya anemia hemolitik. Pada paru- paru, LADEP akan meningkat menyebabkan terjadinya kongesti vena pulmonal, perpindahan cairan sehingga akan mengakibatkan terjadinya oedema paru. Oedema paru akan menyebabkan terjadinya kerusakan pertukaran gas. Pada hati, vasokontriksi pembuluh darah menyebabkan akan menyebabkan gangguan kontraktilitas miokard sehingga menyebabkan payah jantung dan memunculkan diagnosa keperawatan penurunan curah jantung. Pada ginjal, akibat pengaruh aldosteron, terjadi peningkatan reabsorpsi natrium dan menyebabkan retensi cairan dan dapat menyebabkan terjadinya edema sehingga dapat memunculkan diagnosa keperawatan kelebihan volume cairan. Selin itu, vasospasme arteriol pada ginjal akan meyebabkan penurunan GFR dan permeabilitas terrhadap protein akan meningkat. Penurunan GFR tidak diimbangi dengan peningkatan reabsorpsi oleh tubulus sehingga menyebabkan diuresis menurun sehingga menyebabkan terjadinya oligouri dan anuri. Oligouri atau anuri akan memunculkan diagnosa keperawatan gangguan eliminasi urin. Permeabilitas terhadap protein yang meningkat akan menyebabkan banyak protein akan lolos dari filtrasi glomerulus dan menyenabkan proteinuria. Pada mata, akan terjadi spasmus arteriola selanjutnya menyebabkan oedem diskus optikus dan retina. Keadaan ini dapat menyebabkan terjadinya diplopia dan memunculkan diagnosa keperawatan risiko cedera. Pada plasenta penurunan perfusi akan menyebabkan hipoksia/anoksia sebagai pemicu timbulnya gangguan pertumbuhan plasenta sehinga dapat berakibat terjadinya Intra Uterin Growth Retardation serta memunculkan diagnosa keperawatan risiko gawat janin. Hipertensi akan merangsang medula oblongata dan sistem saraf parasimpatis akan meningkat. Peningkatan saraf simpatis mempengaruhi traktus gastrointestinal dan ekstrimitas. Pada traktus gastrointestinal dapat menyebabkan terjadinya hipoksia duodenal dan penumpukan ion H menyebabkan HCl meningkat sehingga dapat menyebabkan nyeri epigastrik. Selanjutnya akan terjadi akumulasi gas yang meningkat, merangsang mual dan timbulnya muntah sehingga muncul diagnosa keperawatan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Pada ektrimitas dapat terjadi metabolisme anaerob menyebabkan ATP diproduksi dalam jumlah yang sedikit yaitu 2 ATP dan pembentukan asam laktat. Terbentuknya asam laktat dan sedikitnya ATP yang diproduksi akan menimbulkan keadaan cepat lelah, lemah sehingga muncul diagnosa keperawatan intoleransi aktivitas. Keadaan hipertensi akan mengakibatkan seseorang kurang terpajan informasi dan memunculkan diagnosa keperawatan kurang pengetahuan. D. Manifestasi Klinis 1. Nyeri kepala hebat pada bagian depan atau belakang kepala yang diikuti dengan peningkatan tekanan darah yang abnormal. Sakit kepala tersebut terus menerus dan tidak berkurang dengan pemberian aspirin atau obat sakit kepala lain 2. Gangguan penglihatan a pasien akan melihat kilatan-kilatan cahaya, pandangan kabur, dan terkadang bisa terjadi kebutaan sementara 3. Iritabel a ibu merasa gelisah dan tidak bisa bertoleransi dengan suara berisik atau gangguan lainnya 4. Nyeri perut a nyeri perut pada bagian ulu hati yang kadang disertai dengan muntah 5. Gangguan pernafasan sampai cyanosis 6. Terjadi gangguan kesadaran E. Klasifikasi Dibagi menjadi 2 golongan, yaitu sebagai berikut : a. Preeklampsia Ringan, bila disertai keadaan sebagai berikut: • Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi berbaring terlentang; atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih; atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih .Cara pengukuran sekurang-kurangnya pada 2 kali pemeriksaan dengan jarak periksa 1 jam, sebaiknya 6 jam. • Edema umum, kaki, jari tangan, dan muka; atau kenaikan berat 1 kg atau lebih per minggu. • Proteinuria kwantatif 0,3 gr atau lebih per liter; kwalitatif 1 + atau 2 + pada urin kateter atau midstream. b. Preeklampsia Berat • Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih. • Proteinuria 5 gr atau lebih per liter. • Oliguria, yaitu jumlah urin kurang dari 500 cc per 24 jam . • Adanya gangguan serebral, gangguan visus, dan rasa nyeri pada epigastrium. • Terdapat edema paru dan sianosis. F. Diagnosis Diagnosis ditegakkan berdasarkan : • Gambaran klinik : pertambahan berat badan yang berlebihan, edema, hipertensi, dan timbul proteinuria • Gejala subyektif : sakit kepala didaerah fromtal, nyeri epigastrium; gangguan visus; penglihatan kabur, skotoma, diplopia; mual dan muntah. • Gangguan serebral lainnya: refleks meningkat, dan tidak tenang • Pemeriksaan: tekanan darah tinggi, refleks meningkat dan proteinuria pada pemeriksaan laboratorium G. Pemeriksaan Penunjang a. Pemeriksaan Laboratorium 1. Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah • Penurunan hemoglobin ( nilai rujukan atau kadar normal hemoglobin untuk wanita hamil adalah 12-14 gr% ) • Hematokrit meningkat ( nilai rujukan 37 – 43 vol% ) • Trombosit menurun ( nilai rujukan 150 – 450 ribu/mm3 ) 2. Urinalisis Ditemukan protein dalam urine. 3. Pemeriksaan Fungsi hati • Bilirubin meningkat ( N= < 1 mg/dl ) • LDH ( laktat dehidrogenase ) meningkat • Aspartat aminomtransferase ( AST ) > 60 ul. • Serum Glutamat pirufat transaminase ( SGPT ) meningkat ( N= 15-45 u/ml ) • Serum glutamat oxaloacetic trasaminase ( SGOT ) meningkat ( N= <31 u/l ) • Total protein serum menurun ( N= 6,7-8,7 g/dl ) 4. Tes kimia darah Asam urat meningkat ( N= 2,4-2,7 mg/dl ) b. Radiologi a. Ultrasonografi Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intra uterus. Pernafasan intrauterus lambat, aktivitas janin lambat, dan volume cairan ketuban sedikit. b. Kardiotografi Diketahui denyut jantung janin bayi lemah. H. Komplikasi Tergantung pada derajat preeklampsi yang dialami. Namun yang termasuk komplikasi antara lain: a. Pada Ibu • Eklapmsia • Solusio plasenta • Pendarahan subkapsula hepar • Kelainan pembekuan darah ( DIC ) • Sindrom HELPP ( hemolisis, elevated, liver,enzymes dan low platelet count ) • Ablasio retina • Gagal jantung hingga syok dan kematian. b. Pada Janin • Terhambatnya pertumbuhan dalam uterus • Prematur • Asfiksia neonatorum • Kematian dalam uterus • Peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal I. Penatalaksanaan 1. Penatalaksanaan Pre-eklamsia a. Penatalaksanaan pre-eklampsia ringan 1. Dapat dikatakan tidak mempunyai risiko bagi ibu maupun janin 2. Tidak perlu segera diberikan obat antihipertensi atau obat lainnya, tidak perlu dirawat kecuali tekanan darah meningkat terus (batas aman 140-150/90-100 mmhg). 3. Istirahat yang cukup (berbaring / tiduran minimal 4 jam pada siang hari dan minimal 8 jam pada malam hari) 4. Pemberian luminal 1-2 x 30 mg/hari bila tidak bisa tidur 5. Pemberian asam asetilsalisilat (aspirin) 1 x 80 mg/hari. 6. Bila tekanan darah tidak turun, dianjurkan dirawat dan diberi obat antihipertensi : metildopa 3 x 125 mg/hari (max.1500 mg/hari), atau nifedipin 3-8 x 5-10 mg/hari, atau nifedipin retard 2-3 x 20 mg/hari, atau pindolol 1-3 x 5 mg/hari (max.30 mg/hari). 7. Diet rendah garam dan diuretik tidak perlu 8. Jika maturitas janin masih lama, lanjutkan kehamilan, periksa tiap 1 minggu 9. Indikasi rawat : jika ada perburukan, tekanan darah tidak turun setelah 2 minggu rawat jalan, peningkatan berat badan melebihi 1 kg/minggu 2 kali berturut-turut, atau pasien menunjukkan tanda-tanda pre-eklampsia berat. Berikan juga obat antihipertensi. 10. Jika dalam perawatan tidak ada perbaikan, tatalaksana sebagai pre-eklampsia berat. Jika perbaikan, lanjutkan rawat jalan 11. Pengakhiran kehamilan : ditunggu sampai usia 40 minggu, kecuali ditemukan pertumbuhan janin terhambat, gawat janin, solusio plasenta, eklampsia, atau indikasi terminasi lainnya. Minimal usia 38 minggu, janin sudah dinyatakan matur. 12. Persalinan pada pre-eklampsia ringan dapat dilakukan spontan, atau dengan bantuan ekstraksi untuk mempercepat kala ii. b. Penatalaksanaan pre-eklampsia berat Dapat ditangani secara aktif atau konservatif. Aktif berarti : kehamilan diakhiri / diterminasi bersama dengan pengobatan medisinal. Konservatif berarti : kehamilan dipertahankan bersama dengan pengobatan medisinal. Prinsip : Tetap PEMANTAUAN JANIN dengan klinis, USG, kardiotokografi !!! 2. Penatalan Eklamsia Eklampsia adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan atau nifas, yang ditandai dengan timbulnya kejang dan / atau koma. Sebelumnya wanita hamil itu menunjukkan gejala-gejala pre-eklampsia (kejang-kejang dipastikan BUKAN timbul akibat kelainan neurologik lain). Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejala pre-eklampsia disertai kejang dan atau koma. Tujuan pengobatan : menghentikan / mencegah kejang, mempertahankan fungsi organ vital, koreksi hipoksia / asidosis, kendalikan tekanan darah sampai batas aman, pengakhiran kehamilan, serta mencegah / mengatasi penyulit, khususnya krisis hipertensi, sebagai penunjang untuk mencapai stabilisasi keadaan ibu seoptimal mungkin. Sikap obstetrik : mengakhiri kehamilan dengan trauma seminimal mungkin untuk ibu. Pengobatan medisinal : sama seperti pada pre-eklampsia berat. Dosis MgSO4 dapat ditambah 2 g intravena bila timbul kejang lagi, diberikan sekurang-kurangnya 20 menit setelah pemberian terakhir. Dosis tambahan ini hanya diberikan satu kali saja. Jika masih kejang, diberikan amobarbital 3-5 mg/kgBB intravena perlahan-lahan. JANGAN LUPA : OKSIGEN DENGAN NASAL KANUL, 4-6 L / MENIT !! Perawatan pada serangan kejang : dirawat di kamar isolasi dengan penerangan cukup, masukkan sudip lidah ke dalam mulut penderita, daerah orofaring dihisap. Fiksasi badan pada tempat tidur secukupnya. Asuhan Keperawatan Pasien dengan Pre-eklamsia Dan Eklamsia A. Pengkajian Data yang dikaji pada ibu bersalin dengan pre eklampsia adalah : a. Data subyektif : - Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida , < 20 tahun atau > 35 tahun - Riwayat kesehatan ibu sekarang : terjadi peningkatan tensi, oedema, pusing, nyeri epigastrium, mual muntah, penglihatan kabur - Riwayat kesehatan ibu sebelumnya : penyakit ginjal, anemia, vaskuler esensial, hipertensi kronik, DM - Riwayat kehamilan: riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion serta riwayat kehamilan dengan pre eklamsia atau eklamsia sebelumnya - Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok maupun selingan - Psikososial spiritual : Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan kecemasan, oleh karenanya perlu kesiapan moril untuk menghadapi resikonya. b. Data Obyektif : - Inspeksi : edema yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam - Palpasi : untuk mengetahui TFU, letak janin, lokasi edema - Auskultasi : mendengarkan DJJ untuk mengetahui adanya fetal distress - Perkusi : untuk mengetahui refleks patella sebagai syarat pemberian SM ( jika refleks+) - Pemeriksaan penunjang : • Tanda vital yang diukur dalam posisi terbaring atau tidur, diukur 2 kali dengan interval 6 jam • Laboratorium : protein uri dengan kateter atau midstream ( biasanya meningkat hingga 0,3 gr/lt atau +1 hingga +2 pada skala kualitatif ), kadar hematokrit menurun, BJ urine meningkat, serum kreatini meningkat, uric acid biasanya > 7 mg/100 ml • Berat badan : peningkatannya lebih dari 1 kg/minggu • Tingkat kesadaran ; penurunan GCS sebagai tanda adanya kelainan pada otak • USG ; untuk mengetahui keadaan janin • NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin B. Diagnosa Keperawatan 1. Gangguan perfusi jaringan otak b/d penurunan kardiak out put sekunder terhadap vasopasme pembuluh darah. 2. Resiko terjadi gawat janin intra uteri (hipoksia) b/d penurunan suplay O2 dan nutrisi kejaringan plasenta sekunderterhadap penurunan cardiac out put. 3. Kelebihan volum cairan b/d kerusakan fungsi glumerolus sekunder terhadap penurunan cardiac out put 4. Gangguan pemenuhan ADL b/d immobilisasi; kelemahan 5. Kurang pengetahuan mengenai penatalaksanaan terapi dan perawatan b/d misinterpretasi informasi 6. Pola nafas tidak efektif b/d penurunann ekspansi paru. C. Rencana Keperawatan 1. Gangguan perfusi jaringan otak b/d penurunan kardiak out put sekunder terhadap vasopasme pembuluh darah: Tujuan : Perfusi jaringan otak adekuat danTercapai secara optimal. Intervensi: 1. Monitor perubahan tiba-tiba atau gangguan mental kontinu ( cemas bingung, letargi, pingsan ) 2. Obsevasi adanya pucat, sianosis, belang, kulit dingin/ lembab, cacat kekuatan nadi perifer. 3. Kaji tanda Homan ( nyeri pada betis dengan posisi dorsofleksi ) eritema, edema 4. Dorong latihan kaki aktif / pasif 5. Pantau pernafasan 6. Kaji fungsi GI, catat anoreksia, penurunan bising usus, muntah/ mual, distaensi abdomen, kontipasi 7. Pantau masukan dan perubahan keluaran 2. Resiko terjadi gawat janin intra uteri (hipoksia) b/d penurunan suplay O2 dan nutrisi kejaringan plasenta sekunderterhadap penurunan cardiac out put. Tujuan: Gawat janin tidak terjadi, bayi Dapat dipertahankan sampai Umur 37 minggu dan atau BBL ≥ 2500 g. Intervensi: 1. Anjurkan penderita untuk tidur miring ke kiri 2. Anjurkan pasien untuk melakukan ANC secara teratur sesuai dengan masa kehamilan: - 1 x/bln pada trisemester I - 2 x/bln pada trisemester II - 1 x/minggu pada trisemester III 3. Pantau DJJ, kontraksi uterus/his gerakan janin setiap hari 4. Motivasi pasien untuk meningkatkan fase istirahat 3. Kelebihan volum cairan b/d kerusakan fungsi glumerolus sekunder terhadap penurunan cardiac out put. Tujuan : Kelebihan volume cairan teratasi. Intervensi: 1. Auskultasi bunyi nafas akan adanya krekels. 2. Catat adanya DVJ, adanya edema dependen 3. Ukur masukan atau keluaran, catat penurunan pengeluaran, sifat konsentrasi, hitung keseimbangan cairan. 4. Pertahankan pemasukan total cairan 2000 cc/24 jam dalam toleransi kardiovaskuler. 5. Berikan diet rendah natrium atau garam. 4. Gangguan pemenuhan ADL b/d immobilisasi; kelemahan Tujuan : ADL dan kebutuhan beraktifitas pasien terpenuhi secara adekuat. Intervensi: a. Kaji toleransi pasien terhadap aktifitas menggunakn termometer berikut : nadi 20/m diatas frekuensi nadi istirahat, catat peningkatan tekanan darah, Dispenia, nyeri dada, kelelahan berat, kelemahan, berkeringat, pusing atau pingsang. 2. Tingakat istirahat, batasi aktifitas pada dasar nyeri atau respon hemodinamik, berikan aktifitas senggang yang taidak berat. 3. Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktifitas contao ; penurunan kelemahan dan kelelahan, tekanan darah stabil, peningkatan perhatian pada aktifitas dan perawatan diri. 4. Dorong memjukan aktifitas atau toleransi perawatan diri. 5. Anjurkan keluarga untuk membantu pemenuhan kebutuhan ADL pasienn. 6. Anjurakan pasiien menghindari peningkatan tekanan abdomen, mengejan saat defekasi. 7. Jelasakn pola peningkatan bertahap dari aktifitas, contoh : posisi duduk diatas tempat tidur bila tidak ada pusing dan nyeri, bangun dari tempat tidur, belajar berdiri dst. 5. Kurang pengetahuan mengenai penatalaksanaan terapi dan perawatan b/d misinterpretasi informasi Tujuan : Kebutuhan pengetahuan terpenuhi secara adekuat. Intervensi: 1. Identifikasi dan ketahui persepsi pasien terhadap ancaman atau situasi. Dorong mengekspresikan dan jangan menolak perasaan marah, takut dll. 2. Mempertahankan kepercayaan pasien ( tanpa adanya keyakinan yang salah ) 3. Terima tapi jangan beri penguatan terhadap penolakan 4. Orientasikan klien atau keluarga terhadap prosedur rutin dan aktifitas, tingkatkan partisipasi bila mungkin. 5. Jawab pertanyaan dengan nyata dan jujur, berikan informasi yang konsisten, ulangi bila perlu. 6. Dorong kemandirian, perawatan diri, libatkan keluarga secara aktif dalam perawatan. 6. Pola nafas tidak efektif b/d penurunann ekspansi paru. Tujuan : Pola nafas yang efektif. Intervensi: 1. Pantau tingkat pernafasan dan suara nafas. 2. Atur posisi fowler atau semi fowler. 3. Sediakan perlengkapan penghisapan atau penambahan aliran udara. 4. Berikan obat sesuai petunjuk. 5. Sediakan oksigen tambahan.

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH DENGAN HYPERTIROIDISM

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH DENGAN HYPERTIROIDISM I. DEFINISI Hipertiroidisme (Tiroktosikosis) merupakan suatu keadaan di mana didapatkan kelebihan hormon tiroid karena ini berhubungan dengan suatu kompleks fisiologis dan biokimiawi yang ditemukan bila suatu jaringan memberikan hormon tiroid berlebihan. Hipertiroidisme dapat didefinisikan sebagai respon jaringan-jaringan terhadap pengaruh metabolik terhadap hormon tiroid yang berlebihan (Price & Wilson: 337) Hipertiroidisme (Hyperthyrodism) adalah keadaan disebabkan oleh kelenjar tiroid bekerja secara berlebihan sehingga menghasilkan hormon tiroid yang berlebihan di dalam darah. Hipertiroidisme adalah kadar TH yang bersirkulasi berlebihan. Gangguan ini dapat terjadi akibat disfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau hipotalamus. (Elizabeth J. Corwin: 296). II. ANATOMI FISIOLOGI Mekanisme yang berjalan di dalam tubuh manusia tersebut diatur oleh dua sistem pengatur utama, yaitu: sistem saraf dan sistem hormonal atau sistem endokrin (Guyton & Hall: 1159). Pada umumnya, sistem saraf ini mengatur aktivitas tubuh yang cepat, misalnya kontraksi otot, perubahan viseral yang berlangsung dengan cepat, dan bahkan juga kecepatan sekresi beberapa kelenjar endokrin (Guyton & Hall: 703). Sedangkan, sistem hormonal terutama berkaitan dengan pengaturan berbagai fungsi metabolisme tubuh, seperti pengaturan kecepatan rekasi kimia di dalam sel atau pengangkutan bahan-bahan melewati membran sel atau aspek lain dari metabolisme sel seperti pertumbuhan dan sekresi (Guyton & Hall:1159). Hormon tersebut dikeluarkan oleh sistem kelenjar atau struktur lain yang disebut sistem endokrin. Salah satu kelenjar yang mensekresi hormon yang sangat berperan dalam metabolisme tubuh manusia adalah kelenjar tiroid. Dalam pembentukan hormon tiroid tersebut dibutuhkan persediaan unsur yodium yang cukup dan berkesinambungan. Penurunan total sekresi tiroid biasanya menyebabkan penurunan kecepatan metabolisme basal kira-kira 40 sampai 50 persen di bawah normal, dan bila kelebihan sekresi hormon tiroid sangat hebat dapat menyebabkan naiknya kecepatan metabolisme basal sampai setinggi 60 sampai 100 persen di atas normal (Guyton & Hall: 1187). Keadaan ini dapat timbul secara spontan maupun sebagai akibat pemasukan hormon tiroid yang berlebihan (Price & Wilson:337-338). Tiroksin dan triiodotironin berfungsi meningkatkan kecepatan reaksi kimia dalam hampir semua sel tubuh, jadi meningkatkan tingkat metabolisme tubuh umum. Kalsitonin berfungsi memacu pengendapan kalsium di dalam tulang sehingga menurunkan konsentrasi tingkat metabolisme tubuh umum. Fungsi Hormon-hormon tiroid yang lain: • Memegang peranan penting dalam peetumbuhan fetus khususnya pertumbuhan saraf dan tulang • Mempertahankan sekresi GH dan gonadotropin • Efek kronotropik dan inotropik terhadap jantung yaitu menambah kekuatan kontraksi otot dan menambah irama jantung • Merangsang pembentukan sel darah merah • Mempengaruhi kekuatan dan ritme pernafasan sebagai kompensasi tubuh terhadap kebutuhan oksigen akibat metabolism. • Bereaksi sebagai antagonis kalsium. III. ETIOLOGI Hipertiroidisme dapat terjadi akibat disfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau hipotalamus. Peningkatan TSH akibat malfungsi kelenjar tiroid akan disertai penurunan TSH dan TRF karena umpan balik negatif TH terhadap pelepasan keduanya. Hipertiroidisme akibat rnalfungsi hipofisis memberikan gambaran kadar TH dan TSH yang finggi. TRF akan Tendah karena uinpan balik negatif dari HT dan TSH. Hipertiroidisme akibat malfungsi hipotalamus akan memperlihatkan HT yang finggi disertai TSH dan TRH yang berlebihan. 1. Penyebab Utama a. Penyakit Grave Pada penyakit graves kelenjar tiroid membesar secara difus akibat adanya hipertropi dan hiperplasia difus sel epitel folikel tiroid. Kelenjar biasanya lunak dan licin, kapsulnya utuh. b. Toxic multinodular goitre c. Solitary toxic adenoma 2. Penyebab Lain a. Tiroiditis b. Penyakit troboblastis c. Ambilan hormone tiroid secara berlebihan d. Pemakaian yodium yang berlebihan e. Kanker pituitari f. Obat-obatan seperti Amiodarone IV. TANDA DAN GEJALA 1. Peningkatan frekuensi denyut jantung. 2. Peningkatan tonus otot, tremor, iritabilitas, peningkatan kepekaan terhadap Katekolamin. 3. Peningkatan laju metabolisme basal, peningkatan pembentukan panas, intoleran terhadap panas, keringat berlebihan. 4. Penurunan berat, peningkatan rasa lapar (nafsu makan baik) 5. Peningkatan frekuensi buang air besar 6. Gondok (biasanya), yaitu peningkatan ukuran kelenjar tiroid 7. Gangguan reproduksi 8. Tidak tahan panas 9. Cepat letih 10. Pembesaran kelenjar tiroid 11. Mata melotot (exoptalmus) Hal ini terjadi sebagai akibat dari penimbunan zat di dalam orbit mata. V. PATOFISIOLOGI VI. KOMPLIKASI Komplikasi hipertiroidisme yang dapat mengancam nyawa adalah krisis tirotoksik (thyroid storm). Hal ini dapat berkernbang secara spontan pada pasien hipertiroid yang menjalani terapi, selama pembedahan kelenjar tiroid, atau terjadi pada pasien hipertiroid yang tidak terdiagnosis. Akibatnya adalah pelepasan TH dalam jumlah yang sangat besar yang menyebabkan takikardia, agitasi, tremor, hipertermia (sampai 106 oF), dan, apabila tidak diobati, kematian Penyakit jantung Hipertiroid, oftalmopati Graves, dermopati Graves, infeksi. VII. DIAGNOSA MEDIS Tujuan pengobatan hipertiroidisme adalah membatasi produksi hormon tiroid yang berlebihan dengan cara menekan produksi (obat antitiroid) atau merusak jaringan tiroid (yodium radioaktif, tiroidektomi subtotal). Diagnosa bergantung kepada beberapa hormon berikut ini : Pemeriksaan darah yang mengukur kadar TH (T3 dan T4), TSH, dan TRH akan memastikan diagnosis keadaan dan lokalisasi masalah di tingkat susunan saraf pusat atau kelenjar tiroid. 1. TSH(Tiroid Stimulating Hormone) 2. Bebas T4 (tiroksin) 3. Bebas T3 (triiodotironin) 4. Diagnosa juga boleh dibuat menggunakan ultrabunyi untuk memastikan pembesaran kelenjar tiroid 5. Tiroid scan untuk melihat pembesaran kelenjar tiroid 6. Hipertiroidisme dapat disertai penurunan kadar lemak serum 7. Penurunan kepekaan terhadap insulin, yang dapat menyebabkan hiperglikemia VIII. PENATALAKSANAAN Tujuan pengobatan hipertiroidisme adalah membatasi produksi hormon tiroid yang berlebihan dengan cara menekan produksi (obat antitiroid) atau merusak jaringan tiroid (yodium radioaktif, tiroidektomi subtotal). a. Konservatif 1. Obat Anti-Tiroid. Obat ini menghambat produksi hormon tiroid. Jika dosis berlebih, pasien mengalami gejala hipotiroidisme.Contoh obat adalah sebagai berikut : • Thioamide • Methimazole dosis awal 20 -30 mg/hari • Propylthiouracil (PTU) dosis awal 300 – 600 mg/hari, dosis maksimal 2.000 mg/hari • Potassium Iodide • Sodium Ipodate • Anion Inhibitor 2. Beta-adrenergic reseptor antagonist. Obat ini adalah untuk mengurangi gejalagejala hipotiroidisme. Contoh: Propanolol Indikasi : • Mendapat remisi yang menetap atau memperpanjang remisi pada pasien muda dengan struma ringan –sedang dan tiroktosikosis • Untuk mengendalikan tiroktosikosis pada fase sebelum pengobatan atau sesudah pengobatan yodium radioaktif • Persiapan tiroidektomi • Pasien hamil, usia lanjut • Krisis tiroid Penyekat adinergik Ăź pada awal terapi diberikan, sementara menunggu pasien menjadi eutiroid setelah 6-12 minggu pemberian anti tiroid. Propanolol dosis 40-200 mg dalam 4 dosis pada awal pengobatan, pasien kontrol setelah 4-8 minggu. Setelah eutiroid, pemantauan setiap 3-6 bulan sekali: memantau gejala dan tanda klinis, serta Lab.FT4/T4/T3 dan TSHs. Setelah tercapai eutiroid, obat anti tiroid dikurangi dosisnya dan dipertahankan dosis terkecil yang masih memberikan keadaan eutiroid selama 12-24 bulan. Kemudian pengobatan dihentikan , dan di nilai apakah tejadi remisi. Dikatakan remisi apabila setelah 1 tahun obat antitiroid di hentikan, pasien masih dalam keadaan eutiroid, walaupun kemidian hari dapat tetap eutiroid atau terjadi kolaps. b. Surgical 1. Radioaktif iodine. Tindakan ini adalah untuk memusnahkan kelenjar tiroid yang hiperaktif 2. Tiroidektomi. Tindakan Pembedahan ini untuk mengangkat kelenjar tiroid yang membesar. ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH DENGAN HYPERTIROIDISM Konsep asuhan keperawatan pada klien hipertiroidisme merujuk pada konsep yang dikutip dari Doenges , seperti dibawah ini : I. PENGKAJIAN 1. Aktivitas atau istirahat a) Gejala : Imsomnia, sensitivitas meningkat, Otot lemah, gangguan koordinasi, Kelelahan berat b) Tanda : Atrofi otot 2. Sirkulasi a) Gejala : Palpitasi, nyeri dada (angina) b) Tanda : Distritmia (vibrilasi atrium), irama gallop, murmur, Peningkatan tekanan darah dengan tekanan nada yang berat. Takikardia saat istirahat. Sirkulasi kolaps, syok (krisis tirotoksikosis) 3. Eliminasi a) Gejala : Perubahan pola berkemih ( poliuria, nocturia), Rasa nyeri / terbakar, kesulitan berkemih (infeksi), Infeksi saluran kemih berulang, nyeri tekan abdomen, Diare, Urine encer, pucat, kuning, poliuria ( dapat berkembang menjadi oliguria atau anuria jika terjadi hipovolemia berat), urine berkabut, bau busuk (infeksi), Bising usus lemah dan menurun, hiperaktif ( diare ). 4. Integritas / Ego a) Gejala : Stress, tergantung pada orang lain, Masalah finansial yang berhubungan dengan kondisi. b) Tanda : Ansietas peka rangsang 5. Makanan / Cairan a) Gejala : Hilang nafsu makan, Mual atau muntah. Tidak mengikuti diet : peningkatan masukan glukosa atau karbohidrat, penurunan berat badan lebih dari periode beberapa hari/minggu, haus, penggunaan diuretik ( tiazid ) b) Tanda : Kulit kering atau bersisik, muntah, Pembesaran thyroid ( peningkatan kebutuhan metabolisme dengan pengingkatan gula darah ), bau halitosis atau manis, bau buah ( napas aseton) 6. Neurosensori a) Gejala : Pusing atau pening, sakit kepala, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot parasetia, gangguan penglihatan. b) Tanda : Disorientasi, megantuk, lethargi, stupor atau koma ( tahap lanjut), gangguan memori ( baru masa lalu ) kacau mental. Refleks tendon dalam (RTD menurun; koma). Aktivitas kejang ( tahap lanjut dari DKA) 7. Nyeri / Kenyamanan a) Gejala : Abdomen yang tegang atau nyeri (sedang / berat), Wajah meringis dengan palpitasi, tampak sangat berhati-hati. 8. Pernapasan a) Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan / tanpa sputum purulen (tergantung adanya infeksi atau tidak) b) Tanda : sesak napas, batuk dengan atau tanpa sputum purulen (infeksi), frekuensi pernapasan meningkat 9. Keamanan a) Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulit b) Tanda : Demam, diaforesis, kulit rusak, lesi atau ulserasi, menurunnya kekuatan umum / rentang gerak, parastesia atau paralysis otot termasuk otot-otot pernapasan (jika kadar kalium menurun dengan cukup tajam ) 10. Seksualitas a) Gejala : Rabas wanita ( cenderung infeksi ), masalah impotent pada pria ; kesulitan orgasme pada wanita b) Tanda : Glukosa darah : meningkat 100-200 mg/ dl atau lebih. Aseton plasma : positif secara menjolok. Asam lemak bebas : kadar lipid dengan kolosterol meningkat. II. DIAGNOSA KEPERAWATAN Diagnosa keperawatan yang lazim terjadi pada klien yang mengalami hipertiroidisme adalah sebagai berikut : 1. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertiroid tidak terkontrol, keadaan hipermetabolisme, peningkatan beban kerja jantung. 2. Kelelahan berhubungan dengan hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan energi. 3. Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan peningkatan metabolisme (peningkatan nafsu makan/pemasukan dengan penurunan berat badan). 4. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan perubahan mekanisme perlindungan dari mata ; kerusakan penutupan kelopak mata/eksoftalmus. 5. Ansietas berhubungan dengan faktor fisiologis; status hipermetabolik. 6. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi. 7. Risiko tinggi perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan fisiologik, peningkatan stimulasi SSP/mempercepat aktifitas mental, perubahan pola tidur III. INTERVENSI 1. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertiroid tidak terkontrol, keadaan hipermetabolisme, peningkatan beban kerja jantung Tujuan : Klien akan mempertahankan curah jantung yang adekuat sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan kriteria : - Nadi perifer dapat teraba normal. - Vital sign dalam batas normal - Pengisian kapiler normal - Status mental baik - Tidak ada disritmia Intervensi : a) Pantau tekanan darah pada posisi baring, duduk dan berdiri jika memungkinkan. Perhatikan besarnya tekanan nadi. Rasional : Hipotensi umum atau ortostatik dapat terjadi sebagai akibat dari vasodilatasi perifer yang berlebihan dan penurunan volume sirkulasi. b) Periksa kemungkinan adanya nyeri dada atau angina yang dikeluhkan pasien. Rasional : Merupakan tanda adanya peningkatan kebutuhan oksigen oleh otot jantung atau iskemia. c) Auskultasi suara nafas. Perhatikan adanya suara yang tidak normal (seperti krekels). Rasional : S1 dan murmur yang menonjol berhubungan dengan curah jantung meningkat pada keadaan hipermetabolik. d) Observasi tanda dan gejala haus yang hebat, mukosa membran kering, nadi lemah, penurunan produksi urine dan hipotensi. Rasional : Dehidrasi yang cepat dapat terjadi yang akan menurunkan volume sirkulasi dan menurunkan curah jantung. e) Catat masukan dan haluaran. Rasional : Kehilangan cairan yang terlalu banyak dapat menimbulkan dehidrasi berat. 2. Kelelahan berhubungan dengan hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan energi Tujuan : Klien akan mengungkapkan secara verbal tentang peningkatan tingkat energi Intervensi : a) Pantau tanda vital dan catat nadi baik istirahat maupun saat aktivitas. Rasional : Nadi secara luas meningkat dan bahkan istirahat , takikardia mungkin ditemukan. b) Ciptakan lingkungan yang tenang. Rasional : Menurunkan stimulasi yang kemungkinan besar dapat menimbulkan agitasi, hiperaktif, dan imsomnia c) Sarankan pasien untuk mengurangi aktivitas. Rasional : Membantu melawan pengaruh dari peningkatan metabolisme. d) Berikan tindakan yang membuat pasien merasa nyaman seperti massage. Rasional : Meningkatkan relaksasi. 3. Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan peningkatan metabolisme (peningkatan nafsu makan/pemasukan dengan penurunan berat badan). Tujuan : Klien akan menunjukkan berat badan stabil dengan kriteria : - Nafsu makan baik. - Berat badan normal - Tidak ada tanda-tanda malnutrisi Intervensi : a) Catat adanya anoreksia, mual dan muntah. Rasional : Peningkatan aktivitas adrenergic dapat menyebabkan gangguan sekresi insulin/terjadi resisten yang mengakibatkan hiperglikemia b) Pantau masukan makanan setiap hari, timbang berat badan setiap hari Rasional : Penurunan berat badan terus menerus dalam keadaan masukan kalori yang cukup merupakan indikasi kegagalan terhadap terapi antitiroid. c) kolaborasi untuk pemberian diet tinggi kalori, protein, karbohidrat dan vitamin Rasional : Mungkin memerlukan bantuan untuk menjamin pemasukan zat-zat makanan yang adekuat dan mengidentifikasi makanan pengganti yang sesuai. 4. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan perubahan mekanisme perlindungan dari mata; kerusakan penutupan kelopak mata/eksoftalmus. Tujuan : Klien akan mempertahankan kelembaban membran mukosa mata, terbebas dari ulkus Intervensi : a) Observasi adanya edema periorbital. Rasional : Stimulasi umum dari stimulasi adrenergik yang berlebihan b) Evaluasi ketajaman mata. Rasional : Oftalmopati infiltratif adalah akibat dari peningkatan jaringan retroorbita c) Anjurkan pasien menggunakan kaca mata gelap Rasional : Melindungi kerusakan kornea d) Bagian kepala tempat tidur ditinggikan Rasional : Menurunkan edema jaringan bila ada komplikasi 5. Ansietas berhubungan dengan faktor fisiologis; status hipermetabolik Tujuan : Klien akan melaporkan ansietas berkurang sampai tingkat dapat diatasi dengan kriteria : Pasien tampak rileks Intervensi : a) Observasi tingkah laku yang menunjukkan tingkat ansietas. Rasional : Ansietas ringan dapat ditunjukkan dengan peka rangsang dan imsomnis. b) Bicara singkat dengan kata yang sederhana.\ Rasional : Rentang perhatian mungkin menjadi pendek , konsentrasi berkurang, yang membatasi kemampuan untuk mengasimilasi informasi. c) Jelaskan prosedur tindakan. Rasional : Memberikan informasi yang akurat yang dapat menurunkan kesalahan interpretasi d) Kurangi stimulasi dari luar. Rasional : Menciptakan lingkungan yang terapeutik. 6. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi. Tujuan : Klien akan melaporkan pemahaman tentang penyakitnya dengan kriteria Mengungkapkan pemahaman tentang penyakitnya Intervensi : a) Tinjau ulang proses penyakit dan harapan masa depan. Rasional : Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat menentukan pilihan berdasarkana informasi. b) Berikan informasi yang tepat. Rasional : Berat ringannya keadaan, penyebab, usia dan komplikasi yang muncul akan menentukan tindakan pengobatan. c) Identifikasi sumber stress. Rasional : Faktor psikogenik seringkali sangat penting dalam memunculkan/eksaserbasi dari penyakit ini d) Tekankan pentingnya perencanaan waktu istirahat. Rasional : Mencegah munculnya kelelahan. e) Berikan informasi tanda dan gejala dari hipotiroid. Rasional : Pasien yang mendapat pengobatan hipertiroid besar kemungkinan mengalami hipotiroid yang dapat terjadi segera setelah pengobatan selama 5 tahun kedepan. 7. Risiko tinggi perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan fisiologik, peningkatan stimulasi SSP/mempercepat aktifitas mental, perubahan pola tidur Tujuan : Mempertahankan orientasi realitas umumnya, mengenali perubahan dalam berpikir/berprilaku dan faktor penyebab. Intervensi : a) Kaji proses pikir pasien seperti memori, rentang perhatian, orientasi terhadap tempat, waktu dan orang. Rasional : Menentukan adanya kelainan pada proses sensori. b) Catat adanya perubahan tingkah laku. Rasional :Kemungkinan terlalu waspada, tidak dapat beristirahat, sensitifitas meningkat atau menangis atau mungkin berkembang menjadi psikotik yang sesungguhnya. c) kaji tingkat ansietas. Rasional :Ansietas dapat merubah proses pikir. d) Ciptakan lingkungan yang tenang, turunkan stimulasi lingkungan Rasional :Penurunan stimulasi eksternal dapat menurunkan hiperaktifitas/refleks, peka rangsang saraf, halusinaso pendengaran. e) Orientasikan pasien pada tempat dan waktu. Rasional :Membantu untuk mengembangkan dan mempertahankan kesadaran pada realita/lingkungan. f) Anjurkan keluarga atau orang terdekat lainnya untuk mengunjungi klien. Rasional :Membantu dalam mempertahankan sosialisasi dan orientasi pasien. g) Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi seperti sedatif/tranquilizer, atau obat anti psikotik. Rasional :Meningkatkan relaksasi, menurunkan hipersensitifitas saraf/agitasi untuk meningkatkan proses pikir. IV. EVALUASI Hasil yang diharapkan adalah : 1. Klien akan mempertahankan curah jantung yang adekuat sesuai dengan kebutuhan tubuh. 2. Klien akan mengungkapkan secara verbal tentang peningkatan tingkat energi. 3. Klien akan menunjukkan berat badan stabil. 4. Klien akan mempertahankan kelembaban membran mukosa mata, terbebas dari ulkus. 5. Klien akan melaporkan ansietas berkurang sampai tingkat dapat diatasi. 6. Klien akan melaporkan pemahaman tentang penyakitnya. 7. Mempertahankan orientasi realitas umumnya, mengenali perubahan dalam berpikir/berprilaku dan faktor penyebab. DAFTAR PUSTAKA Arief, M, Suproharta, Wahyu J.K. Wlewik S. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, ED : 3 jilid : 1. Jakarta : Media Aesculapius FKUI. Bare & Suzanne, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 2, (Edisi 8), EGC, Jakarta Carpenito, 1999, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, (Edisi 2), EGC, Jakarta Closkey, Mc, et all. 2007. Diagnosa Keperawatan NOC-NIC. St-Louis. Corwin,. J. Elizabeth, 2001, Patofisiologi, EGC, Jakarta Doenges, E. Marilynn dan MF. Moorhouse, 2001, Rencana Asuhan Keperawatan.(Edisi III).EGC.Jakarta. Santosa, Budi. 2005-2006. Diagnosa Keperawatan NANDA. Jakarta : Prima Medikal. Anonim. 2008. Hipertiroidisme. http://www.medica store.com Anonim. 2008. Mengenal Tiroid. http://www.demomedical.com

ASUHAN KEPERAWATAN HIPOPARATIROIDISME

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Hipoparatiroid adalah gabungan gejala dari produksi hormon paratiroid yang tidak adekuat. K eadaan ini jarang sekali ditemukan dan umumnya sering disebabkan oleh kerusakan pengangkatan kelenjar paratiroid pada saat operasi paratiroid/tiroid,dan yang lebih jarang lagi ialah tidak adanya kelenjar paatiroid (secara kongenital) Diluar negeri terutama di Amerika Serikat kasus ini agak jarang ditemukan kira-kira 1000 kasus setahun yang dapat di temukan menderita penyakit ini . Di Indonesia, penyakit ini juga agak jarang di temukan. Kira-kira 100 kasus dalam setahun yang dapat diketahui. Wanita mempunyai resiko untuk terkena hipoparatiroidisme lebih besar dari pria. 1.2 Tujuan Penulisan 1.2.1 Tujuan Umum Mahasiswa mampu memahami proses Asuhan keperawatan dengan kasus hipoparatiroidisme. 1.2.2 Tujuan khusus a. Agar mahasiswa mampu memahami definisidari hipoparatiroidisme. b. Agar mahasiswa mampu memahami etiologi dari hipoparatiroidisme. c. Agar mahasiswa mampu memahami web of coution hipoparatiroidisme. d. Agar Mahasisiwa mampu memahami Prosedur diagnostic hipoparatiroidisme. e. Agar mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan hipoparatiroidisme. f. Agar mahasiswa mampu memahami komplikasi hipoparatiroidisme. g. Agar mahasiswa mampu memahami proses keperawatan hipoparatiroidisme. 1.3 Batasan Masalah Mengingat luasnya masalah hipoparatiroidisme, kami membatasi penulisan makalah ini hanya sampai pada proses Asuhan Keperawatan dengan kasus hipoparatiroidisme.   BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Hipoparatiroidisme adalah gabungan gejala dari produksi hormone paratiroid yang tidak adekuat. (http://one.indoskripsi.com) Hipoparatiroidisme terjadi akibat hipofungsi paratiroid atau kehilangan fungsi kelenjar paratiroid. ( Hotma Rumoharbo,1999.hal.81) 2.2 Etiologi - Pengangkatan bedah yang tidak disengaja atau destruksi. - Malignansi. - Idiopatik (mungkin familial atau autoimun) - Resistensi terhadap kerja hormone paratiroid. 2.3 Web of coution 2.4 Prosedur Diagnostik • Pemriksaan laboratorium : - Menunjukan penurunan kadar kalsium serum - Peningkatan fosfat serum. • Pemeriksaan radiologi : - Peningkatan densitas tulang. - Kalsifikasi otak. - Density dari tulang bisa bertambah. 2.5 Penatalaksanaan 1. Naikkan kadar kalsium serum sampai 9-10 mg/dl. 2. Jika terjadi hipoglikemia dan tetani setelah tiroidektomi, berikan kalsium glukonat segera. Sedative dapat juga diberikan parathormon parenteral juga mungkin diberikan. Awasi terhadap reaksi alergi. 3. Kurangi peka rangsang neuromuscular dengan memberikan lingkungan yang bebeas bising, perubahan mendadak, lampu yang terang atau gerakan mendadak. 4. Lakukan penatalaksanaan kedaruratan dengan trakeostomi atau fentilasi mekanik untuk gawat nafas. 2.6 Komplikasi 1. Komplikasi Akut : - Kejang - Tetanus - Gangguan mental 2. Komplikasi jangka panjang : - Katarak sub kapsular. - kalsifikasi ganglia basalis. - Papiledema. - Pemendekan jari-jari tangan dan kaki. - Pembungkukkan tulang panjang.   ASUHAN KEPERAWATAN  Keluhan : - Kelainan bentuk tulang. - Perdarahan yang sulit berhenti. - Kejang-kejang, kesemutan, kram pada ekstremitas dan kekakuan pada tangan dan kaki. - Disfagia. - Badan lemah dan lesu. - Ansietas, peka rangsang. - Depresi dan delirium.  Pola aktivitas sehari-hari : 1. Pola persepsi kesehatan – pemeliharaan kesehatan. Mengkaji kemampuan px & keluarga melanjutkan perawatan di rumah 2. Pola nutrisi dan metabolisme Terjadi disfagia 3. Pola Elminasi px mengalami inkontinensia urin 4. Pola aktifitas dan latihan terdapatnya penurunan aktifitas karena kelainan bentuk tulang 5. Pola persepsi-koknitif Px mengalami penurunan kesadaran 6. Pola tidur dan istirahat pada px mungkin pola istirahat dan tidur terganggu karena sering terjadi kesemutan dan kram 7. Konsep dini dan persepsi dini Px mengalami perubahan penampilan fisik sehingga menyebabkan konsep diri menurun 8. Pola hubungan dan peran Perubahan pola biasa dalam tanggung jawab atau perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran 9. Pola seksual-reproduksi Pola ini bertujuan menjelaskan fungsi sosial sebagai alat reproduksi. 10. Pola penanganan stress adanya faktor steress lama , efek hositalisasi dan masalah keuangan . 11. Pola keyakinan dan nilai Unuk menerangkan sikap, keyakinan klien dalam melaksanakan agama Yang di peluk dan konskuensinya  Pemeriksaan fisik. • Observasi dan inspeksi adanya : - Kelainan bentuk tulang. - Rambut jarang dan tipis. - Pertumbuhan kuku buruk. - Deformitas dan mudah patah. - Kulit kering dan kasar. • Oservasi Tetani – hipertonia muscular umum yang biasanya ditemukan reflex patologis diantaranya : • Trousseau’s sign :Spasme carpopedal akibat oklusi sirkulasi pada lengan dengan manset tekanan darah. • Chvostek’s signmengetuk pipi diatas saraf fasialis menyebabkan kedutan pada bibir atau otot – otot fasial * Auskultasi : adanya suara stridor   ANALISA DATA Nama pasien : Umur : No. Register : NO. Data Penunjang Kemungkinan Penyebab Masalah 1. 2. 3. Ds : - Kesemutan - Kram pada ekstremitas - Kekakuan pada tangan dan kaki Do : - Kejang - Kelainan bentuk tulang Ds : - pasien sering bertanya tentang penyakitnya. Do : - Ansietas Ds : - Rambut rontok Do : - Rambut jarang & tipis - Pertumbuhan kuku buruk - Kulit kering dan kusut Penurunan kadar kalsium serum Kurang pengetahuan tentang regimen diet dan medikasi. Perubahan penampilan fisik. Tetani otot Resiko inefektif penatalaksanaan regimen terapeutik. Gangguan citra tubuh. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Tetani otot yang berhubungan dengan penurunan kadar kalsium serum. 2. Resiko terhadap inefektif penatalaksanaan regimen teraupeutik yang b/d kurang pengetahuan tentang regimen diet dan medikasi. 3. Gangguan citra tubuh b/d perubahan penampilan fisik. INTERVENSI 1. Tetani otot yang berhubungan dengan penurunan kadar kalsium serum. tipoparatiroidisme. Tujuan : klien tidak menderita cedera. KH : - kadar kalsium kembali ke batas normal. - Frekuensi pernafasan normal - Gas – gas darah dalam batas normal Intervensi : a) BHSP dengan pasien dan keluarga. R/ Dasar mengembangkan tindakan keperawatan. b) Saat merawat pasien dengan hipoparatiroidisme hebat, selalu waspadalah terhadap spasme laring dan obstruksi pernafasan. R/ Mencegah terjadinya komplikasi. c) Jika pasien beresiko terhadap hipokalsemia mendadak, seperti setelah tiraidektomi, selalu siapkan cairan infuse kalsium karbonat didekatkan tempat tidur pasien. R/ Agar kebutuhan kalsium pasien tercukupi segera jika sewaktu – waktu pasien kekurangan kalsium dalam tubuh. d) Jika selang infuse harus di lepas biasanya hanya di klem dulu untuk beberapa waktu. R/ Pengekleman ditujukan agar selalu tersedia akses vena yang cepat. e) Jika tersedia biasanya pasien diberikan sumber siap pakai kalsium karbonat seperti Tums. R/ Mempermudah pasien dan keluarga dalam pelaksanaan diet tinggi kalsium. 2. Resiko terhadap inefektif penatalaksanaan regimen terapeutik b/d kurang pengetahuan regimen diet dan medikasi. Tujuan : Klien mengerti tentang diet dan medikasinya. KH : Klien mampu untuk mengikuti regimen diet dan terapi. Intervensi: a) Penyuluhan kesehatan untuk pasien dengan hipoparatiroidisme kronis. R/ Karena pasien akan membutuhkan medikasi dan modifikasi diet sepanjang hidupnya. b) Ajarkan pasien tentang diet tinggi kalsium namun rendah fosfor R/ Meminimalkan penipisan massa otot dan osteoporosis. c) Berikan informasi yang tepat dengan keadaan individu. R/ Berat ringannya keadaan, penyebab, usia, dan komplikasi yang muncul akan menentukan tindakan pengobatan. d) Diskusikan mengenai terapi obat – obatan termasuk juga ketaatan terhadap pengobatan dan tujuan terapi serta efek samping obat tersebut. R/ Obat anti tiroid memerlukan pengobatan dalam jangka waktu yang lama untuk menghambat produksi hormon. e) Tekankan pentingnya perencanaan waktu istirahat. R/ Mencegah munculnya kelelahan, menurunkan kebutuhan metabolism. f) Tekankan pentingnya evaluasi medic secara teratur. R/ Penting sekali untuk menentukan efektifitas dari terapi dan pencegahan terhadap komplikasi. 3. Gangguan citra tubuh b/d perubahan penampilan fisik. Tujuan : Meningkatkan citra diri pasien KH : - Pasien mengungkapkan perasaan dan metode koping untuk persepsi negative tentang perubahan penampilan - Menyatakan penerimaan terhadap situasi diri. Intervensi : a) Monitor tingkat pengetahuan pasien tentang kondisi dan pengobatan. R/ Mengidentifikasi luas masalah dan perlunya intervensi. b) Berikan waktu untuk mendengar masalah dan ketakutan pasien dan orang terdekat. R/ Memberikan minat dan perhatian c) Diskusikan arti perubahan pada pasien R/ Beberapa pasien memandang situasi dengan tantangan, beberapa sulit menerima perubahan hidup. d) Anjurkan orang terdekatmemperlakukan pasien secara normal dan bukan sebagai orang cacat. R/ Menyampaikan harapan bahwa pasien mampu untuk mengatur situasi dan membantu untuk mempertahankan perasaan harga diri dan tujuan hidup. e) Monitor stress emosi pasien. R/ Menghindari tindakan yang berbahaya dan terlalu menyendiri. f) Rujuk ke konseling professional sesuai kebutuhan. R/ Mungkin memerlukan bantuan tambahan untuk mengatasi masalah. EVALUASI 1) Kadar kalsium kembali ke batas normal. 2) Pasien mampu untuk mengikuti regimen diet dan terapi. 3) Pasien menyatakan penerimaan terhadap situasi diri. BAB 3 PENUTUP 3.1 Kesimpulan Hipoparatiroidisme adalah gabungan gejala dari produksi hormone paratiroid yang tidak adekuat. Hipoparatiroidisme terjadi akibat hipofungsi paratiroid atau kehilangan fungsi kelenjar paratiroid. Etiologi : - Pengangkatan bedah yang tidak disengaja atau destruksi. - Malignansi. - Idiopatik (mungkin familial atau autoimun) - Resistensi terhadap kerja hormone paratiroid. Tanda dan gejala : - Kelainan bentuk tulang. - Perdarahan yang sulit berhenti. - Kejang-kejang, kesemutan, kram pada ekstremitas dan kekakuan pada tangan dan kaki. - Disfagia. - Badan lemah dan lesu. - Ansietas, peka rangsang. - Depresi dan delirium. DAFTAR PUSTAKA http://one.indoskripsi.com http://www.mayoclinic.com Doenges, M.E.1999. Rencana Asuhan Keperawatan, edisi 3. Jakarta: EGC Baughman, / Diane C. 2000. Keperawatan Medikal Bedah: buku saku untuk Brunner & Sudart. Jakarta: EGC Nettina, Saudra M. 2001. Pedoman Praktik Keperawatan. Jakarta: GC Rumahorbo, Hotma. 1999. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Endokrin. Jakarta: EGC

CARA MENGETAHUI KEPERAWANAN WANITA

Cara Jitu Mengetahui Keperawanan Wanita. Menurut beberapa sumber keperawanan itu bisa diketahui dari beberapa bagian tubuh wanita diantaranya adalah sebagai berikut: DAHI Gadis yang masih perawan, dahinya licin. Bila selalu senggama licinnya hilang, justru yang timbul kedutan (garis2) yang kadang nampak kadang tidak ketika ngobrol. Kedutan karena sudah tidak suci, tidak sama dengan kedutan wajah yang dimakan usia. Kedutan suci yang telah hilang, tidak begitu ketara dan tidak begitu nampak, kecuali ketika muka menunjukkan reaksi tertentu seperti sedang ketawa dan bicara, sementara kedutan karena dimakan usia senantiasa nampak dan kekal. Jangan dihilangkan dengan sembarang minyak, walaupun di zaman sekarang ada bermacam2 minyak. Tetapi kedutan karena hilangnya keperawanan tidak mudah dihilangkan. Untuk memudahkan melihat gadis yang masih suci atau tidak. Coba perhatikan dahi gadis yang sudah bersuami dengan yang belum. Perhatikan betul2 niscaya nampak kelainannya. Gadis yang sudah tidak perawan terdapat beberapa kedutan garis2 timbul dan melekuk didahi gadis itu. Perhatikan betul2 sebab garis2 itu tidak begitu nampak (terang). HIDUNG Gadis yang masih perawan atau tubuhnya belum disentuh oleh lelaki, ujung hidungnya berwarna kemerah-merahan, jika disentuh ujung hidungnya nampak merah. Gadis yang tidak suci ujung hidungnya merah tetapi merah pucat, terkadang warna merah tidak nampak, yang nampak hanyalah pucat, tak percaya coba liat ujung hidung anak perempuan, merahkan..? Bagi lelaki yang suka merusak keperawanan wanita, hidungnya berbelang, oleh karena itu disebut lelaki hidung belang. MATA dari mana datangnya cinta, dari mata turun ke hati… Kita menggunakan mata untuk memandang dan melihat seseorang, cantikkah, bugarkah, luweskah, dsb. Terkadang kita memandang wanita cantik dibagian luar saja, tapi bagian dalamnya sudah habis, untuk mengetahui wanita itu masih suci atau tidak coba tengoklah matanya. Bila bagian bawah kelopak terlipat sedikit dan terdapat tanda lebam (tanda memar) berarti gadis itu sudah tidak perawan lagi, mungkin sudah bersuami. lebam yang menunjukkan tidak perawan nampak semacam garis2 hitam di bawah kelopak mata disampىng warna hitam dibawah kelopak mata sedikit kelihatan berkeriput (berkedut). Gadis yang masih perawan matanya berseri2, tidak ada warna hitam, lebam maupun garis2. Apabila gadis itu tertawa di bawah kelopak matanya tidak terdapat apapun, seperti kedut (berkeriput) , bergaris dll.(yg dimaksud lebamnya mata bukan karena kurang tidur loh) PUNGGUNG Punggung gadis berubah melalui 2 proses: 1. Punggung gadis menjadi besar karena proses hormon. 2. Punggung gadis menjadi besar karena laki – laki. Punggung yang sudah kena sentuhan lelaki akan menjadi besar, lebih2 yang sudah berhubungan badan. Punggung gadis yang masih perawan walaupun gemuk ia masih kelihatan cantik, sebab masih kental dan tegang serta tidak lesu dan jatuh. Cobalah perhatikan pinggang gadis, kalau pinggangnya masih ramping dan punggung tidak besar, tidak montok dan kenyal pada punggungnya. Kalau berjalan punggungnya tidak goyah sebab dagingnya masih solid dan tidak lembut kalau dipegang, artinya dia masih perawan. Bagi yang pernah melakukan hubungan badan, punggungnya memang berisi dan besar tetapi tidak kental, punggungnya nampak jatuh, lebih2 disaat ia berjalan, goyangannya tidak melantun. Kenapa punggung gadis yang pernah melakukan hubungan badan bisa jatuh? Disaat melakukan hubungan badan lebih kurang 90% hormon yang ada di bagian punggung akan tertumpu kebagian kemaluan, sebab di masa kepuncak (organsme), punggung gadis menjadi tegang. Apabila sudah selesai berhubungan badan punggung yang tegang akan mengendur semula dan ini menyebabkan punggung menjadi kendur dan jatuh. Lebih kerap gadis itu melakukan hubungan badan, punggung akan semakin jatuh dan lesu. TELINGA Telinga termasuk salah satu panca indra yang bisa digunakan untuk mengetahui apakah gadis itu masih perawan atau tidak. Di negeri china telinga sebagai peramal untuk mengetahui penyakit didalam tubuh seseorang. Gadis yang tidak pernah disentuh oleh laki2, telinganya cantik dan nampak bersih, kalau gadis itu pernah disetubuhi atau telinganya pernah digigit atau dicium dan disentuh, secara otomatik bentuk telinga gadis itu akan berubah menjadi lebih leper sedikit dan tidak lagi kemerah-merahan dan menjadi pucat. Bagi gadis yang masih perawan tapi pernah kena sentuh lelaki, pucatnya tidaklah kentara. BUAH DADA (payudara) - buah dada gadis yang masih perawan Peranan buah dada memang banyak, bukan sekedar menggoda nafsu lelaki saja, tapi buah dada sebagai bukti kalau gadis itu pernah disentuh atau tidak. Buah dada gadis yang belum pernah kena sentuh, senantiasa tegang. Tetapi kalau sudah kena sentuhan, buah dada itu tegangnya berkurang dan membesar sedikit dari pada ukuran asalnya, lebih kerap disentuh, lebih kendur. Perhatikan gadis disaat berjalan atau berlari, bergerak2 dan melambai jatuh (ke bawah) dan berbuai sekali berarti ketegangan sudah hilang. Kalau belum kena sentuhan, walaupun buah dada berbuai disaat berlari tetapi buaiannya tidak terlalu melambai2 berarti ketegangan masih ada. Puting buah dada yang pernah kena sentuhan menjadi panjang dan terjojol (keluar) sedikit dari tempat persembunyiannya. Buah dada yang selalu kena remas akan menjadi lebih besar, dan jangan menuduh gadis yang berbuah dada besar berarti buah dadanya sering remas. Sebab, buah dada yang besar kena remas dan yang besar karna alami memang berbeda. Buah dada yang kena remas menjadi besar tetapi tidak tegang. Sementara buah dada yang besar karna alami senantiasa tegang dan disaat berjalan tidak bergoyang, kalau yang kena remas bergoyang terbuai-buai seperti telinga gajah, berbuai kekiri, kekanan, keatas, kebawah terkadang melambung2 ketika gadis itu berjalan atau berlari. Mengapa buah dada bila kena sentuhan bisa jatuh dan apa hubungan telapak tangan dengan otot buah dada? Di kala buah dada itu dipegang atau diremas2 gadis merasa gairah, disaat bergairah hormon2 akan mengisi ruang buah dada sehingga menjadi tegang. Setelah bergairah buah dada yang tegang lalu mengendur yang membuat ototnya mengendur pula. Buah dada yang kena hisap putingnya menjadi lebam, yang belum kena hisap putingnya berwarna merah jambu. Sekiranya gadis itu tidak perawan, buah dadanya jatuh terjuntai seperti buah pepaya yang terjuntai di pohon. Pada buah dada memang mengandung seribu tanda tanya, termasuk mengetahui wanita yang sudah punya anak atau belum. Perhatikan putingnya kalau tegangnya menghala ke atas yaitu mendangak ke atas berarti wanita itu sudah pernah melahirkan, kalau putingnya senantiasa terjojol keluar dan mendangak ke atas berarti wanita itu sudah pernah melakukan hubungan badan, tetapi belum pernah beranak. Namun payudara sering kali dianggap sebagai simbol seks, sebagian besar wanita dan lelaki sangat menyukai buah dada disaat melakukan hubungan sexsual, karena mereka dapat mencapai organsme (kenikmatan) hanya karena rangsangan buah dada. Seorang gadis jika telah dewasa, kecil kemungkinan ukuran payudaranya berubah, kecuali bila berat badannya bertambah. Pembengkakan payudara karena kehamilan, menyusui atau pengaruh pil kontrasepsi adalah bersifat kondisional. Postur tubuh yang baik akan membentuk payudara nampak lebih besar. Coba tanyakan, apakah ia senang payudaranya disentuh atau tidak? Sebagian besar wanita memiliki puting payudara yang sangat sensitif sebagian lainnya tidak, mereka mungkin ingin payudaranya disentuh atau mungkin tidak. Tetapi umumnya wanita menyukai sentuhan lembut dan ciuman pada payudara dan juga pada puting payudara. Payudara dan putingnya akan mengeras apabila dirangsang. Begitulah tanda2 yang paling jelas bila ia terangsang, meskipun tidak semuanya demikian. Tanda2 lainnya adalah lubrikasi (pelendiran) pada liang vagina, kemerah-merahan di dada dan meningkatkan kecepatan denyut jantung dan pernafasan. GARIS TELAPAK TANGAN Gadis yang berkulit tebal dan kasar, coba perhatikan kedua telapak tangannya, jikalau retak (peca urat, urat2 yg mrupai retak), bukan karena mungkin di sebabkan tidak tahan bahan pencuci yang mengandung kimia, berati gadis itu sudah hilang keperawanannya. Gadis yang masih perawan, kedua telapak tangannya halus dan licin. Jika keperawanannya telah hilang, kedua telapak tangannya ketika di tekan warnannya pucat tidak merah, jika di pecet langsung menanjal balik. Satu cara lagi, coba perhatikan telapak tangan kanan, jika ada garis putus2 bagian tengah berarti keperawanannya telah hilang, bila tidak terputus2 berarti ada harapan keperawanannya belum hilang. setelah melihat telapak tangan yang kanan, coba gemgam ibu jari tangannya sebentar saja kira2 satu menit, bila disaat megemgam terasa hangat dan ibu jarinya merah ketika dilepaskan, berarti ada harapan masih perawan. Perhatikan pula ibu jarinya, bila nampak pucat sekali walaupun ada rasa hangat berarti kemungkinan besar keperawanannya sudah terbang. Coba pegang erat jari kelingkingnya, kira2 satu menit, lalu lepaskan, tanyalah bagaimana rasanya ketika dipegang erat dan dilepaskan ? Kalau ia menjawab tak ada rasa, mintalah maaf banyak2, kemungkinan ia tidak perawan lagi. Tapi kalau ia menjawab ada rasa rangsangan, jantungnya berdebar2 atau ada rasa sakit seperti berdenyut2. Alhamdulillah nampaknya masih perawan. JARI TELAPAK TANGAN Dengan jari2lah lelaki suka memegang dan menggoda perempuan, begitu pula halnya jari2 perempuan, jari2 adalah kawasan yang paling mendasar untuk mengetahui gadis yang perawan atau tidak. Caranya cukup mudah, terlebih dahulu berjabat tangan, selama berjabat tangan remas2lah tangannya, kalau laki2 bukan mahramnya boleh memegang tangan seorang gadis, itu menunjukkan dara kecil dibagian tangannya sudah ternodai. Apabila tangan dan jari2 gadis itu boleh di remas2 berarti peluang untuk memegang tempat2 yang lain terbuka lebar. Coba jari2 gadis itu di belai2 dan di remas2 dengan lembut, bagaimana perasaan gadis itu? Sentuhan lelaki dijarinya memang membawa satu rasa yang ni’mat dan birahi yang tersendiri. Sentuhan tangan sentuhan ajaib, dari tanganlah akan menjalar ke zona2 yang lain. Sentuhan tangan memang sahdu, kalau tidak percaya cobalah betapa bahagianya berjalan sambil bergandengan tangan. Bila anda ingin mengetahui gadis itu terbiasa di sentuh atau tidak, Coba ulurkan tangan dan bersalaman dengannya, selama bersalaman genggamlah tangannya dengan lembut dan coba sentuh jari kelingking gadis itu. Ketika menyentuh jari kelingkingnya tengoklah wajah gadis itu, apakah dia nampak gelisah dan resah serta terperayuh?, kalau dia terkejut dan terperayuh berarti besar kemungkinan dia masih perawan, kalaupun dia pernah berasmara, mungkin belum sampai tersondol. Jika disaat jari kelingkingnya disentuh dia nampak rilex saja, dan tak mau bicara, besar kemungkinan keperawanannya sudah lenyap. PERUT Peribahasa mengatakan biar pecah di perut jangan pecah di mulut, begitulah kata peribahasa, tapi tubuh wanita bukanlah peribahasa. Kalau pecah perawannya, pasti pecah perut. Bila gadis pernah melakukan hubungan badan, maka perutnya akan menjadi mengembang dan menjadi buncit sedikit. Oleh karena gadis yang belum pernah melakukan hubungan badan pinggangnya masih ramping dan perutnya masih kempis. Mengapa perut menjadi buncit sedikit? Di saat gadis itu melakukan hubungan badan sudah barang tentu gadis itu sampai ke puncak (organsme), di saat sampai ke puncak gadis itu tidak tahan dan menahan dibagian perut. Otot2 bagian perut menahan ke puncak dengan daya tahan yang sangat tinggi dan kuat. Ketika itulah perut itu mengembang dan setelah melakukan hubungan badan perutpun membuncit. Satu lagi tanda di perut, kalau gadis itu sudah pernah melakukan hubungan badan, ada garis panjang dari bawah buah dada sampai ke perut dan dari pusar sampai kekemaluan. Garis ini tidak terjadi pada semua gadis, tetapi kalau ada gadis yang memeliki garis ini artinya ia tidak perawan lagi. Ada sebagian gadis yang sudah pernah melakukan hubungan badan hanya memiliki garis dari bagian bawah pusar sampai kekemaluan. Kalau gadis itu sudah hamil, garis itu akan terbagi dua, coba lihat perut wanita yang hamil, mesti ada garis2 retak yang melintang di perutnya. Gadis yang masih perawan pada umumnya perutnya masih lembut. Bagi yang sudah pernah berhubungan badan, kulit perutnya agak kasar sedikit. Ada juga yang menjadi keras sebab hormon2 dan lemak mewujudkan gumpalan dibagian bawah dinding perut. RAMBUT Rambut merupakan mahkota wanita tetapi juga berperan menentukan gadis itu masih perawan atau tidak. Gadis yang masih perawan, rambutnya memang rapi, kelihatan segar dan tidak kasar, sementara gadis yang sudah hilang keperawanannya, rambutnya kelihatan tidak bergairah. Di zaman nenek moyang kita dulu, mungkin masih ada yang diamalkan sampai saat ini. Ketika seorang gadis hendak dinikahkan, ahli penghias pengantin terlebih dahulu memotong rambut didahi, ditekuk dan disebelah belakang telinga kiri dan kanan. Rambut2 inilah yang oleh mereka disebut rambut perawan. Dengan menggunting rambut2 ini, mereka mengetahui apakah gadis itu masih perawan atau tidak. Anda ingin membuktikannya coba sediakan satu buah kelapa muda yang sudah dilobangi dan airnya tidak dibuang lalu masukkan potongan rambut tersebut. Jika rambut2 itu terapung dipermukaan air kelapa artinya gadis itu masih perawan. Jika semua rambut itu tenggelam artinya gadis itu sudah tidak perawan. satu lagi caranya, pada saat ditiup angin rambut gadis itu mengembang lembut dan kembali ketempat asalnya. Alhamdulillah nampaknya ada harapan keperawanannya masih ada. BIBIR Percaya atau tidak bahwa bibir gadis yang pernah dicium lebih menarik dan cantik. Apabila bibir bertemu bibir, maka akan membuat pergerakan darah akan mengalir kebibir dan membentuk bibir yang baru. Lebih kerap dicium, lebih cantik pula bibirnya. Tapi ada juga gadis yang mempunyai bibir mulut yang cantik walaupun tidak pernah dicium. Gadis yang belum pernah dicium bibirnya kelihatan berwarna merah jambu dan tidak ada garis lembam (bengkak) atau hitam di sekitar bibirnya. Bibir gadis yang tidak pernah dicium tidak tampak pucat dan bibirnya licin dan basah. Bibir yang pernah kena cium akan nampak lembam walaupun hanya satu kali saja, dan dapat merubah bibirnya juga terdapat garis-garis kasar yang memperindah bentuk bibir seperti irisan jeruk. Bila gadis itu tidak perawan lagi, bagian tengah bibirnya nampak retak, seakan-akan terbagi dua, retaknya tidak begitu jelas, akan tetapi nampak kalau diperhatikan betul-betul. Ada pula yang mengatakan gadis tidak perawan ketika ia tertawa bibirnya nampak lebih lebih besar dari pada tidak tertawa dan bibir bawah tampak keluar dari pada bibir yang atas. Keterangan: (bibir yang kering walaupun diusap (disolek) dengan gincu, bibir tetap kering. Cara membasahi bibir untuk menutup prasangka bahwa ia tidak perawan lagi, oleskan minyak kelapa pada bibirnya tiap pagi, biarkan minyak kelapa meresap dalam bibir selama setengah jam. Insya Allah bibir gadis itu kelihatan berminyak dan tidak lembam. Bibir yang sudah lembam jangan diolesi minyak kelapa. KEMALUAN Ini Tentunya hanya diketahui setelah menikah. Permukaan gadis yang pernah melakukan hubungan badan, terkesan lembam (memar), pintu kemaluan tidak tertutup rapat, agak renggang sedikit. Kalau gadis yang masih perawan, kemaluannya senantiasa tertutup rapat. Sebenarnya selaput darah bisa dilihat langsung kedalam kemaluan gadis. Bila kemaluan masih ciut berarti gadis itu masih perawan. Kalau lobang itu terbuka sedikit berarti gadis itu sudah tidak perawan lagi. Coba perhatikan warna kemaluan gadis, kalo permukaannya pintu kemaluannya berwarna ungu, kemerah-merahan berarti dia masih perawan, akan tetapi kalau warna merah sudah pudar malah menjadi pucat, berarti dia sudah tidak perawan lagi.satu lagi, biasanya disaat malam pertama, lelaki biasanya agak susah memasukkan penis nya kedalam vagina gadis. Pertama kali melakukan hubungan badan dengan seorang gadis yang baru pecah selaput darahnya memang tidak memuaskan, karena gadis itu tidak nyaman dengan darah yang keluar pada malam pertama (kebiasaannya) dan rasa perih pada kemaluannya. Sehingga ia tidak akan mau berlama-lama. Untuk mengetahui selapaut dara yang pecah, coba kosentrasikan mata anda kedahi istri anda, kalau dia berkerut artinya dia menahan sakit, tetapi kalau dia berpura-pura, berarti sebaliknya. LEHER Leher juga menjadi salah satu tempat yang dapat menunjukkan gadis itu masih perawan atau tidak. Bila leher perempuan itu nampak berkedut-kedut, artinya perempuan itu pernah disentuh laki-laki. Garis kedutnya bukan seperti garis kedutan karena tua, garisnya kecil-kecil, pendek-pendek dan putus-putus, bukan garis yang panjang. Kalau ingin melihat dengan jelas tunggulah gadis itu menundukkan kepalanya. Lihatlah dengan cepat dan cermat.!. bila gadis itu sering sering diusung lelaki, maka lehernya terdapat tanda-tanda hitam kecil dilobang romanya dan warna lembab kecil seperti bintik-bintik. Adakalanya lobang bulu roma tampak jelas dileher, ini juga berarti gadis itu sering disentuh. Kalau gadis itu berleher panjang (jenjang), coba perhatikan dibagian lehernya, jika terdapat garis-garis urat yang bersilang artinya gadis itu masih perawan. Jika terdapat garis-garis yang melintang, bukannya urat yang melintang, ini berarti perempuan itu sudah beranak (pernah melahirkan). PIPI Wanita yang tidak perawan lagi wajahnya tidak berseri-seri, pipi gadis yang masih perawan senantiasa menggairahkan dan merah segar. Kalau pipi gadis yang pernah dicium warna kemerah-merahan akan hilang. Kalau pipi itu merah karena dicium ayah atau saudara sekandung maka tidak membahayakan terhadap keperawanan gadis tersebut. Coba perhatikan betul-betul pipi gadis yang tidak perawan lagi terdapat garis melintang yang tidak begitu jelas/tampak. Walau bagaimanapun pipi gadis yang pernah kena cium masih tetap cantik, akan tetapi kalau sudah biasa dicium/disentuh laki-laki, lesung pipinya kurang dalam dan terdapat satu garis disebelah lekuk lesung pipinya. Gadis yang masih perawan, bila berbicara disekitar pipi kanannya maupun kiri cepat berkeringat, dan keringat ini akan keluar walaupun ditempat yang sejuk. Keringat yang dimaksud mungkin tidak nanpak kecuali dilap dengan tissue. Coba perhatikan bagian tepi telinga seorang gadis. Dibagian itu terdapat anak rambut yang halus dan lembut. Apa bila gadis itu tidak perawan lagi, anak rambut itu tidak akan gugur, tetapi masih tetap ada, namun menjadi keras bahkan kasar. Apabila ditiup angin anak rambut itu nampak begitu kasarnya dan disisi pipi kelihatan agak gelap walaupun gadis itu berkulit hitam manis

100 ARTI MIMPI

kadang kita bertanya tanya arti mimpi kita itu apa. Pada kesempatan kali ini saya akan memberikan 100 arti mimpi yang kerap di alami seseorang. Tebak arti mimpi : 1. Mimpi diberi anak : Akan mendapat harta. 2. Mimpi berkelahi dengan seseorang tapi kalah : Akan mendapat malu. 3. Mimpi berjualan di pasar : Pertanda jelek, karena kita akan mengalami kesulitan dalam mencari pekerjaan. 4. Mimpi berjalan melalui banyak duri : Akan mengalami suatu kegagalan terhadap apa yang selama ini kita inginkan. 5. Mimpi berjalan dijembatan berbatu : Akan mendapatkan keselamatan. 6. Mimpi berjalan sangat jauh : Akan mendapatkan umur panjang. 7. Mimpi berjalan dijalan yang memiliki dua arah : Akan mengalami kerugian. 8. Mimpi bertengkar dengan atasan : Akan mendapat sanjungan dari Bos. 9. Mimpi melihat suami istri bertengkar : Akan mengalami penurunan dalam kesehatan. 10. Mimpi melerai orang yang sedang bertengkar : Akan dimintai pendapat oleh orang untuk memecahkan suatu persoalan. 11. Mimpi bertengkar dengan orang lain : Akan mendapat sambutan yang hangat sekali dari kekasih. 12. Mimpi berzina dengan pelacur : Akan mendapatkan istri yang setia dan penuh pengertian. 13. Mimpi berzina dengan ibu sendiri : Akan mengalami kerugian atau kesialan. 14. Mimpi berzina dengan janda : Akan mendapat istri yang masih gadis. 15. Mimpi berzina dengan seorang putri : Akan mengalami suatu kerugian. 16. Mimpi berzina dengan seorang dewi / bidadari : Akan mendapat anak dalam perkawinan. 17. Mimpi berziina di WC : Akan mendapat suatu kehinaan. 18. Mimpi melihat bulan purnama : Akan mendapat keuntungan yang besar sekali. 19. Mimpi melihat rembulan jatuh : Akan mengalami kesusahan. 20. Mimpi melihat burung kuntul : Akan selalu salah dalam bicara. Oleh sebab itu harus berhati-hati ketika berbicara dengan orang lain. 21. Mimpi memegang burung merpati : Akan mendapat kabar atau berita . 22. Mimpi mendengar suara burung berkicau : Akan mendapatkan uang. 23. Mimpi melihat burung kenari yang bernyanyi di sangkar : Akan merasakan kebahagiaan. 24. Mimpi melihat burung gereja : Akan merencanakan sebuah usaha. 25. Mimpi melihat burung perkutut : Akan mendapatkan seorang anak yang baik budi pekertinya. 26. Mimpi melihat bintang menyinari kita : Akan naik pangkat. 27. Mimpi melihat bintang jatuh : Akan mendapat berkah dari Tuhan. 28. Mimpi melihat bintang kemukus jatuh dirumah kita : Akan mendapat kebahagiaan. 29. Mimpi ada buaya masuk rumah : Akan mendapat keuntungan. 30. Mimpi melihat buaya : Ada orang yang diam-diam akan mencelakakan kita. 31. Mimpi melihat buaya masuk ke kali : Akan memperoleh kesuksesan. 32. Mimpi membagi-bagikan bunga pada teman : Akan berpisah dengan teman. 33. Mimpi melihat bermacam-macam bunga : Akan merasakan kebahagiaan. 34. Mimpi bercinta dengan kekasih : Cinta yang kita bina akan tumbuh subur. 35. Mimpi baru memulai bercinta : Akan mengalami percekcokan dengan kekasih kita. 36. Mimpi gagal dalam bercinta ; Akan mampu membina cinta dengan baik. 37. Mimpi melihat ada darah diranjang : Akan mengalami kesusahan. 38. Mimpi melihat ada darah : Akan merasakan sesuatu yang sangat lezat. 39. Mimpi diberi dompet oleh seseorang yang tak dikenal : Akan mengalami kesulitan dalam menjalankan tugas. 40. Mimpi menemukan dompet kosong : Akan mendapatkan berita yang sebenarnya kita tak ingin mendengarnya lagi. 41. Mimpi melihat dompet yang berisi penuh uang : Akan mendapat kebahagiaan. 42. Mimpi melihat orang berdasi : Akan mendapatkan keberuntungan . 43. Mimpi memakai dasi : Akan menderita penyakit. 44. Mimpi memberi gaji/upah pada istri/suami : Akan mendapat kepercayaan dalam hal cinta kasih. 45. Mimpi mendapat gaji : Akan mendapat kepercayaan dari atasan. 46. Mimpi melihat bos membagi-bagikan gaji pada teman-teman : Akan mendapat job/tugas baru. 47. Mimpi memberikan gaji pada pegawai : Akan disenangi oleh teman-teman. 48. Mimpi menolong orang yang terkena gempa : Akan mengalami keberuntungan dalam usaha. 49. Mimpi merasa ada gempa : Akan pindah dari tempat tugas semula. 50. Mimpi ada salah satu gigi tanggal : Akan ada salah seorang keluarga yang meninggal. 51. Mimpi sakit gigi sambil menangis : Akan mendapatkan halangan. 52. Mimpi melihat gunung meletus : Akan mendapatkan kedudukan terhormat. 53. Mimpi menaiki gunung yang terjal sekali dan mencapai puncak : Akan mencapai kemajuan dalam usaha. 54. Mimpi bertemu guru : Akan mendapat karunia. 55. Mimpi tengah berguru : Akan memperoleh ilmu yang baik. 56. Mimpi melihat gerhana matahari atau bulan : Akan mengalami kegagalan. 57. Mimpi melihat gajah masuk ke rumah : Akan naik pangkat. 58. Mimpi melihat gajah : Akan mendapat pujian dari orang berpangkat. 59. Mimpi melihat gajah keluar dari rumah : Akan kedatangan tamu orang terhormat. 60. Mimpi dikejar-kejar hantu : Akan menemukan kesalahan sendiri. 61. Mimpi berbicara dengan hantu : Akan berhasil dalam mencapai sesuatu. 62. Mimpi diadili oleh hakim : Akan terhindar dari fitnah. 63. Mimpi menjadi hakim : Akan memperoleh kedudukan yang tinggi. 64. Mimpi melihat harimau memasuki rumah namun kemudian kembali : Akan mengalami percintaan yang tidak abadi. 65. Mimpi dikejar-kejar harimau : Akan mendapatkan keberuntungan karena secepatnya mendapatkan jodoh. 66. Mimpi menembak harimau : Akan mendapat rejeki yang banyak. 67. Mimpi melihat hidangan yang beraneka macam : Akan mencapai kebahagiaan dalam hidup. 68. Mimpi sedang menikmati hidangan : Akan mendapatkan rejeki. 69. Mimpi melihat hujan dari jauh : Akan menemukan kesusahan. 70. Mimpi melihat ada orang kehujanan : Akan mendapat kesusahan. 71. Mimpi kehujanan disertai angin ribut : Akan mendapatkan sesuatu yang melezatkan. 72. Mimpi melihat hujan buah-buahan : Akan menjadi pemimpin dari orang yang berbuat jahat. 73. Mimpi melihat hujan salju : Ada musuh yang datang namun ia akan mengalami kebinasaan. 74. Mimpi melihat hujan yang sangat lebat : Akan sakit. 75. Mimpi melihat hujan yang berhentinya lama sekali : Akan sakit yang sembuhnya lama sekali. 76. Mimpi berada disekitar istana : Akan segera berjumpa dengan orang terhormat. 77. Mimpi berada di dalam istana : Akan mendapat kesenangan dan kebahagiaan. 78. Mimpi berpesan kepada ibu : Akan mendapat derajat yang tinggi. 79. Mimpi melihat ibu : Akan mendapat kebahagiaan. 80. Mimpi membuat sebuah jembatan : Akan tercapai dalam mengejar cita-cita. 81. Mimpi melalui jembatan : Pertanda derajat kita akan naik. 82. Mimpi menaiki perahu dan melalui jembatan : Akan melakukan sesuatu dengan hasil yang memuaskan. 83. Mimpi turun ke jurang : Akan kekurangan rejeki dan tidak akan naik pangkat. 84. Mimpi menggali jurang : Akan mendapat masalah. Oleh sebab itu kita harus hati-hati berbicara dengan orang lain. 85. Mimpi menaiki jurang : Akan segera naik pangkat. 86. Mimpi meninggalkan sebuah kapal : Akan mengalami bahaya. 87. Mimpi melihat ada kapal berlayar : Akan segera mendapatkan pekerjaan. 88. Mimpi melihat ada orang naik kapal : Akan mendapat keberuntungan. 89. Mimpi berada dalam sebuah kapal : Akan berhasil dalam membina bahtera rumah tangga. 90. Mimpi membeli sebuah kapal : Usaha yang kita tekuni akan berkembang dengan pesat. 91. Mimpi melihat kancing terjatuh : Akan mengalami rintangan. Maka harus berhati-hati dalam melakukan atau memutuskan sesuatu. 92. Mimpi memsang kancing baju : Pertanda kita harus memperbaiki kesalahan. 93. Mimpi merasa kehilangan kancing : Akan mendapat teguran dari apa yang kita kerjakan. 94. Mimpi merasa berduaan dengan suami/istri : Akan berhasil dalam melakukan sesuatu. 95. Mimpi dikamar kita banyak orang : Pertanda kita harus sabar karena akan ada banyak orang yang akan mengejek kita. 96. Mimpi berada didalam kamar mewah : Akan mendapat sesuatu yang diinginkan. 97. Mimpi berduaan didalam kamar : Akan mendapatkan hal-hal kecil tapi bermasalah. 98. Mimpi diberi kalung oleh seseorang : Akan mendapat keuntungan. 99. Mimpi membeli kalung di toko : Akan menjadi orang yang berbudi luhur. 100. Mimpi menemukan kalung dijalan : Akan dicelakai oleh orang lain.

Template by:

Free Blog Templates