Rabu, 23 Mei 2012

ASUHAN KEPERAWATAN HIPOPARATIROIDISME

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Hipoparatiroid adalah gabungan gejala dari produksi hormon paratiroid yang tidak adekuat. K eadaan ini jarang sekali ditemukan dan umumnya sering disebabkan oleh kerusakan pengangkatan kelenjar paratiroid pada saat operasi paratiroid/tiroid,dan yang lebih jarang lagi ialah tidak adanya kelenjar paatiroid (secara kongenital) Diluar negeri terutama di Amerika Serikat kasus ini agak jarang ditemukan kira-kira 1000 kasus setahun yang dapat di temukan menderita penyakit ini . Di Indonesia, penyakit ini juga agak jarang di temukan. Kira-kira 100 kasus dalam setahun yang dapat diketahui. Wanita mempunyai resiko untuk terkena hipoparatiroidisme lebih besar dari pria. 1.2 Tujuan Penulisan 1.2.1 Tujuan Umum Mahasiswa mampu memahami proses Asuhan keperawatan dengan kasus hipoparatiroidisme. 1.2.2 Tujuan khusus a. Agar mahasiswa mampu memahami definisidari hipoparatiroidisme. b. Agar mahasiswa mampu memahami etiologi dari hipoparatiroidisme. c. Agar mahasiswa mampu memahami web of coution hipoparatiroidisme. d. Agar Mahasisiwa mampu memahami Prosedur diagnostic hipoparatiroidisme. e. Agar mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan hipoparatiroidisme. f. Agar mahasiswa mampu memahami komplikasi hipoparatiroidisme. g. Agar mahasiswa mampu memahami proses keperawatan hipoparatiroidisme. 1.3 Batasan Masalah Mengingat luasnya masalah hipoparatiroidisme, kami membatasi penulisan makalah ini hanya sampai pada proses Asuhan Keperawatan dengan kasus hipoparatiroidisme.   BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Hipoparatiroidisme adalah gabungan gejala dari produksi hormone paratiroid yang tidak adekuat. (http://one.indoskripsi.com) Hipoparatiroidisme terjadi akibat hipofungsi paratiroid atau kehilangan fungsi kelenjar paratiroid. ( Hotma Rumoharbo,1999.hal.81) 2.2 Etiologi - Pengangkatan bedah yang tidak disengaja atau destruksi. - Malignansi. - Idiopatik (mungkin familial atau autoimun) - Resistensi terhadap kerja hormone paratiroid. 2.3 Web of coution 2.4 Prosedur Diagnostik • Pemriksaan laboratorium : - Menunjukan penurunan kadar kalsium serum - Peningkatan fosfat serum. • Pemeriksaan radiologi : - Peningkatan densitas tulang. - Kalsifikasi otak. - Density dari tulang bisa bertambah. 2.5 Penatalaksanaan 1. Naikkan kadar kalsium serum sampai 9-10 mg/dl. 2. Jika terjadi hipoglikemia dan tetani setelah tiroidektomi, berikan kalsium glukonat segera. Sedative dapat juga diberikan parathormon parenteral juga mungkin diberikan. Awasi terhadap reaksi alergi. 3. Kurangi peka rangsang neuromuscular dengan memberikan lingkungan yang bebeas bising, perubahan mendadak, lampu yang terang atau gerakan mendadak. 4. Lakukan penatalaksanaan kedaruratan dengan trakeostomi atau fentilasi mekanik untuk gawat nafas. 2.6 Komplikasi 1. Komplikasi Akut : - Kejang - Tetanus - Gangguan mental 2. Komplikasi jangka panjang : - Katarak sub kapsular. - kalsifikasi ganglia basalis. - Papiledema. - Pemendekan jari-jari tangan dan kaki. - Pembungkukkan tulang panjang.   ASUHAN KEPERAWATAN  Keluhan : - Kelainan bentuk tulang. - Perdarahan yang sulit berhenti. - Kejang-kejang, kesemutan, kram pada ekstremitas dan kekakuan pada tangan dan kaki. - Disfagia. - Badan lemah dan lesu. - Ansietas, peka rangsang. - Depresi dan delirium.  Pola aktivitas sehari-hari : 1. Pola persepsi kesehatan – pemeliharaan kesehatan. Mengkaji kemampuan px & keluarga melanjutkan perawatan di rumah 2. Pola nutrisi dan metabolisme Terjadi disfagia 3. Pola Elminasi px mengalami inkontinensia urin 4. Pola aktifitas dan latihan terdapatnya penurunan aktifitas karena kelainan bentuk tulang 5. Pola persepsi-koknitif Px mengalami penurunan kesadaran 6. Pola tidur dan istirahat pada px mungkin pola istirahat dan tidur terganggu karena sering terjadi kesemutan dan kram 7. Konsep dini dan persepsi dini Px mengalami perubahan penampilan fisik sehingga menyebabkan konsep diri menurun 8. Pola hubungan dan peran Perubahan pola biasa dalam tanggung jawab atau perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran 9. Pola seksual-reproduksi Pola ini bertujuan menjelaskan fungsi sosial sebagai alat reproduksi. 10. Pola penanganan stress adanya faktor steress lama , efek hositalisasi dan masalah keuangan . 11. Pola keyakinan dan nilai Unuk menerangkan sikap, keyakinan klien dalam melaksanakan agama Yang di peluk dan konskuensinya  Pemeriksaan fisik. • Observasi dan inspeksi adanya : - Kelainan bentuk tulang. - Rambut jarang dan tipis. - Pertumbuhan kuku buruk. - Deformitas dan mudah patah. - Kulit kering dan kasar. • Oservasi Tetani – hipertonia muscular umum yang biasanya ditemukan reflex patologis diantaranya : • Trousseau’s sign :Spasme carpopedal akibat oklusi sirkulasi pada lengan dengan manset tekanan darah. • Chvostek’s signmengetuk pipi diatas saraf fasialis menyebabkan kedutan pada bibir atau otot – otot fasial * Auskultasi : adanya suara stridor   ANALISA DATA Nama pasien : Umur : No. Register : NO. Data Penunjang Kemungkinan Penyebab Masalah 1. 2. 3. Ds : - Kesemutan - Kram pada ekstremitas - Kekakuan pada tangan dan kaki Do : - Kejang - Kelainan bentuk tulang Ds : - pasien sering bertanya tentang penyakitnya. Do : - Ansietas Ds : - Rambut rontok Do : - Rambut jarang & tipis - Pertumbuhan kuku buruk - Kulit kering dan kusut Penurunan kadar kalsium serum Kurang pengetahuan tentang regimen diet dan medikasi. Perubahan penampilan fisik. Tetani otot Resiko inefektif penatalaksanaan regimen terapeutik. Gangguan citra tubuh. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Tetani otot yang berhubungan dengan penurunan kadar kalsium serum. 2. Resiko terhadap inefektif penatalaksanaan regimen teraupeutik yang b/d kurang pengetahuan tentang regimen diet dan medikasi. 3. Gangguan citra tubuh b/d perubahan penampilan fisik. INTERVENSI 1. Tetani otot yang berhubungan dengan penurunan kadar kalsium serum. tipoparatiroidisme. Tujuan : klien tidak menderita cedera. KH : - kadar kalsium kembali ke batas normal. - Frekuensi pernafasan normal - Gas – gas darah dalam batas normal Intervensi : a) BHSP dengan pasien dan keluarga. R/ Dasar mengembangkan tindakan keperawatan. b) Saat merawat pasien dengan hipoparatiroidisme hebat, selalu waspadalah terhadap spasme laring dan obstruksi pernafasan. R/ Mencegah terjadinya komplikasi. c) Jika pasien beresiko terhadap hipokalsemia mendadak, seperti setelah tiraidektomi, selalu siapkan cairan infuse kalsium karbonat didekatkan tempat tidur pasien. R/ Agar kebutuhan kalsium pasien tercukupi segera jika sewaktu – waktu pasien kekurangan kalsium dalam tubuh. d) Jika selang infuse harus di lepas biasanya hanya di klem dulu untuk beberapa waktu. R/ Pengekleman ditujukan agar selalu tersedia akses vena yang cepat. e) Jika tersedia biasanya pasien diberikan sumber siap pakai kalsium karbonat seperti Tums. R/ Mempermudah pasien dan keluarga dalam pelaksanaan diet tinggi kalsium. 2. Resiko terhadap inefektif penatalaksanaan regimen terapeutik b/d kurang pengetahuan regimen diet dan medikasi. Tujuan : Klien mengerti tentang diet dan medikasinya. KH : Klien mampu untuk mengikuti regimen diet dan terapi. Intervensi: a) Penyuluhan kesehatan untuk pasien dengan hipoparatiroidisme kronis. R/ Karena pasien akan membutuhkan medikasi dan modifikasi diet sepanjang hidupnya. b) Ajarkan pasien tentang diet tinggi kalsium namun rendah fosfor R/ Meminimalkan penipisan massa otot dan osteoporosis. c) Berikan informasi yang tepat dengan keadaan individu. R/ Berat ringannya keadaan, penyebab, usia, dan komplikasi yang muncul akan menentukan tindakan pengobatan. d) Diskusikan mengenai terapi obat – obatan termasuk juga ketaatan terhadap pengobatan dan tujuan terapi serta efek samping obat tersebut. R/ Obat anti tiroid memerlukan pengobatan dalam jangka waktu yang lama untuk menghambat produksi hormon. e) Tekankan pentingnya perencanaan waktu istirahat. R/ Mencegah munculnya kelelahan, menurunkan kebutuhan metabolism. f) Tekankan pentingnya evaluasi medic secara teratur. R/ Penting sekali untuk menentukan efektifitas dari terapi dan pencegahan terhadap komplikasi. 3. Gangguan citra tubuh b/d perubahan penampilan fisik. Tujuan : Meningkatkan citra diri pasien KH : - Pasien mengungkapkan perasaan dan metode koping untuk persepsi negative tentang perubahan penampilan - Menyatakan penerimaan terhadap situasi diri. Intervensi : a) Monitor tingkat pengetahuan pasien tentang kondisi dan pengobatan. R/ Mengidentifikasi luas masalah dan perlunya intervensi. b) Berikan waktu untuk mendengar masalah dan ketakutan pasien dan orang terdekat. R/ Memberikan minat dan perhatian c) Diskusikan arti perubahan pada pasien R/ Beberapa pasien memandang situasi dengan tantangan, beberapa sulit menerima perubahan hidup. d) Anjurkan orang terdekatmemperlakukan pasien secara normal dan bukan sebagai orang cacat. R/ Menyampaikan harapan bahwa pasien mampu untuk mengatur situasi dan membantu untuk mempertahankan perasaan harga diri dan tujuan hidup. e) Monitor stress emosi pasien. R/ Menghindari tindakan yang berbahaya dan terlalu menyendiri. f) Rujuk ke konseling professional sesuai kebutuhan. R/ Mungkin memerlukan bantuan tambahan untuk mengatasi masalah. EVALUASI 1) Kadar kalsium kembali ke batas normal. 2) Pasien mampu untuk mengikuti regimen diet dan terapi. 3) Pasien menyatakan penerimaan terhadap situasi diri. BAB 3 PENUTUP 3.1 Kesimpulan Hipoparatiroidisme adalah gabungan gejala dari produksi hormone paratiroid yang tidak adekuat. Hipoparatiroidisme terjadi akibat hipofungsi paratiroid atau kehilangan fungsi kelenjar paratiroid. Etiologi : - Pengangkatan bedah yang tidak disengaja atau destruksi. - Malignansi. - Idiopatik (mungkin familial atau autoimun) - Resistensi terhadap kerja hormone paratiroid. Tanda dan gejala : - Kelainan bentuk tulang. - Perdarahan yang sulit berhenti. - Kejang-kejang, kesemutan, kram pada ekstremitas dan kekakuan pada tangan dan kaki. - Disfagia. - Badan lemah dan lesu. - Ansietas, peka rangsang. - Depresi dan delirium. DAFTAR PUSTAKA http://one.indoskripsi.com http://www.mayoclinic.com Doenges, M.E.1999. Rencana Asuhan Keperawatan, edisi 3. Jakarta: EGC Baughman, / Diane C. 2000. Keperawatan Medikal Bedah: buku saku untuk Brunner & Sudart. Jakarta: EGC Nettina, Saudra M. 2001. Pedoman Praktik Keperawatan. Jakarta: GC Rumahorbo, Hotma. 1999. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Endokrin. Jakarta: EGC

0 komentar:

Posting Komentar

Template by:

Free Blog Templates